BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan. Oleh karena itu, dalam pendidikan harus mengedepankan aspek nilai-nilai positif, seperti kejujuran. Sebab, diyakini budaya yang tampil kini adalah hasil proses pendidikan bertahun-tahun yang lalu.
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan. Oleh karena itu, dalam pendidikan harus mengedepankan aspek nilai-nilai positif, seperti kejujuran. Sebab, diyakini budaya yang tampil kini adalah hasil proses pendidikan bertahun-tahun yang lalu.
Untuk urun rembuk mencari format pendidikan berkebudayaan yang konstruktif, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila bekerja sama dengan Lampung Post menggelar Diskusi Pendidikan di Unila, Jumat (28-4).
Dekan FKIP Dr. Sudjarwo memandu acara yang dihadiri Prof. Bambang Sumitro, beberapa redaktur Lampung Post, dan beberapa dosen.
Mengambil tema Kesenian dan Pendidikan, diskusi membahas rendahnya kualitas hasil pendidikan. Salah satu simpulannya, buruknya kualitas pendidikan karena keringnya sentuhan seni dalam menjalankan proses pendidikan.
Dr. Sudjarwo berpendapat budaya sebagai hasil daya cipta manusia sangat dipengaruhi pendidikan. Dan pendidikan adalah upaya manusia secara sadar untuk mencapai kemandirian.
"Artinya, indikator belum berhasilnya pendidikan adalah banyaknya manusia Indonesia yang belum bisa mandiri," kata dia.
Sudjarwo juga melihat ada penyempitan makna pendidikan menjadi pembelajaran yang diartikan hanya sebagai transfer ilmu.
"Penyempitan itu bisa kita lihat dari perilaku guru yang hanya sekadar memenuhi tugas rutinnya. Yakni, mengajar," kata dia.
Sementara itu, Bambang Sumitro melihat ada tarik-menarik kepentingan untuk memengaruhi dunia pendidikan sebagai sebuah proses pembudayaan. Pertarungan ini menjadikan manusia Indonesia menemui kondisi anomi.
"Budaya lama yang adiluhung telanjur dilepas, sementara budaya ideal yang akan dicapai belum berada dalam genggaman" katanya.
Kepala Litbang Lampung Post Heri Wardoyo meneguhkan pernyataan Bambang. Menurut dia, budaya Indonesia kini sedang berhadap-hadapan dengan jurang kebangkrutan. Budaya instan yang terus menelusup ke ruang-ruang privasi membuat kebuntuan budaya berpikir.
"Kita ambil contoh budaya baca yang belum tertanam, sudah digempur budaya televisi (audio visual) yang amat menjajah anak-anak kita. Ini harus kita tolong," katanya.
Peserta diskusi yang sebagian besar dosen pendidikan sangat aktif menimpali berbagai isu yang dilontarkan. Dalam konteks pendidikan, mereka sepakat unsur seni mendidik harus menjadi perhatian institusi pencetak guru.
"Seni identik dengan pemberontakan, baik dalam konotasi positif maupun negatif. Dan pemberontakan adalah kreativitas. Oleh karena itu, jiwa guru harus dibangunkan menggali kreativitas dengan seni mengajar. Sebab, saya melihat kini guru mengajar hanya membatalkan kewajiban jam kerja," kata salah seorang peserta.
Ke depan, seorang calon guru harus mendapat pembekalan bagaimana menempatkan diri di tengah anak didiknya sebagai sosok yang kreatif dan menyenangkan. Di sinilah peran seni mendidik dan mendidik berkesenian harus diperbesar porsinya. n SDM/S-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar