Selamat Datang !

Silahkan Membaca dan berkomentar di blog ini
BEBAS !!!

25 November 2009

Hadits Wanita, Pemuda dan Taqwa

1. WANITA
Wanita adalah makhluk terindah dari ciptaan Allah SWT. Bahkan dunia ini tak akan lengkap tanpa keberadaan wanita. Dalam islam wanita sangat dihargai, namun daya tarik yang memikat yang dimiliki wanitapun ternyata menjadi sumber bencana yang sangat besar. Dalam hadits banyak yang berkaitan dengan wanita. Seperti di bawah ini :

a. Wanita adalah Fitnah ( Ujian )


Artinya :
Dari Usamah bin Zaid r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “Tidak kutinggalkan sesudah matiku suatu fitnah yang lebih berbahya dari kaum laki-laki selain fitnahnya kaum wanita”. ( HR. Bukhari )



Artinya :
“Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan indah ( menarik perhatian ) dan Allah menyerahkannya kepada kamu untuk dilihat bagaimana kamu berbuat. Karena itu berhati-hatilah dalam dunia dan berhati-hatilah dari wanita, sesungguhnya pertama fitnah ( ujian ) Bani Isra’il terjadi dari wanita”. ( HR. Muslim )
Hadits di atas mengingatkan khusus kepada kaum laki-laki agar selalu waspada dalam menghadapi kaum wanita, bagaimana cara bergaul dengan mereka, bagaimana melayani mereka, mencintai mereka dan sebagainya.
Biasanya lantaran kecantikan, daya tarik dank arena terlalu besar rasa cintanya menyebabkan laki-laki tidak lagi mengindahkan norma-norma agama, dan bahkan tertelungkup di pangkuannya sehingga melupakan diri dari dzikir ( mengingat ) Allah. Sungguh alangkah besar fitnah yang ditimbulkan dari wanita.
Namun demikian Islam tidak hendah mengekang/ memenjara kaum wanita. Meraka tetap diberi kebebasan untuk bergaul menjalankan perannya di masyarakat sebagaimana mestinya asalkan tetap pada aturan-aturan agama yang telah disyariatkan.
Bagi kaum wanita yang tidak mengamalkan syariat islam, seumpama mengumbar suara-suara rayuan, membuka aurat, bahkan sampai menimbulkan maksiat atau melakukan perbuatan maksiat, Allah akan melaknat mereka. Ini menjadi sebab kenapa banyak wanita disiksa di dalam neraka. Seperti Sabda Nabi:

Di dalam hadits qudsi Allah berfirman :
Iblis berkata : “ Ya Tuhan, Engkau telah menurunkan Adam dan mengetahui akan ada kitab-kitab dan utusan-utusan, lalu apakah kitab-kitab dan utusan-utusan mereka ?. Allah berfirman : Utusan-utusan mereka adalah para malaikat dan para nabi dari mereka. Lalu kitab-kitabnya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Furqan. Iblis bertanya : Dan apakah kitabku? Allah berfirman : Kitabmu adalah Al-Wasyem ( lukisan-lukisan di badan ).,bacaanmu adalah syair-syair, utusan-utusanmu adalah para kahin ( dukun ), makananmu adalah sesuatu yang tidak disebutkan nama Allah atasnya, minumanmu adalah setiap yang memabukan, kebenaranmu adalah dusta, rumahmu adalah kamar-kamar mandi, perangkap-perangkapmu adalah wanita-wanita, penyerumu adalah seruling dan mesjidmu adalah pasar-pasar”. ( HR Thabrani, dari Ibnu Abbas )

b. Wanita penghuni neraka


Artinya :
Dari Imran bin Husain r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “Saya melihat ke dalam surga, dan saya lihat kebanyakan isinya orang fakir. Saya melihat pula ke dalam neraka isinya para wanita”. ( HR. Bukhari )
Wanita banyak yang disiksa di dalam neraka. Ini tentunya disebabkan karena wanita tidak bisa menjaga kehormatannya, tidak mampu menjaga apa yang telah menjaga amanat baginya seperti harta suaminya, anak-anaknya, terkhusus beberapa ulama berpendapat dikarenakan wanita sering lalai dalam menjaga kebersihan dan tidak mampu menjaga sikap, perbuatan, lisan yang sesuai dengan ajaran Rasul, yakni akhkak karimah.
Beberapa perilaku wanita yang tidak baik diantaranya ada dalam hadits dibawah ini :




Artinya :
Dari Ibnu Umar r.a. bahwasanya Nabi telah melaknat perempuan yang memakai cemara ( sambungan rambut ) dan perempuan yang memberikan rambutnya untuk cemara, dan perempuan yang mencacah dan perempuan yang dicacah ( tato ). ( HR. Bukhari )


Artinya :
Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata : Rasulullah SWA mengutuk laki-laki yang berpakaian seperti wanita, dan wanita yang berpakaian seperti laki-laki. ( HR. Bukhari )
Sekali waktu Rasulullah SAW diberitahu bahwa ada seorang wanita yang suka berpuasa pada siang hari dan bangun untuk shalat diwaktu malamnya, tetapi ia mempunyai budi pekerti yang jelek dan suka mengganggu tetangganya dengan ucapan- yang menyakitkan. Mendengar tentang itu Rasulullah lalu bersabda :

Artinya :
“ Wanita itu tidak ada kebaikan sama sekali dan ia termasuk golongan penghuni neraka.” ( HR. Ahmad dan Hakim ).

c. Bersikap lemah lembut dan menghormati wanita



Artinya :
Sebaik-baik kamu sekalian ialah orang yang paling berbuat baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku. Tidak menghormati kepada kaum wanita, kecuali orang yang mulia, dan tidak menghina kepada kaum wanita kecuali orang yang terkutuk ( HR. Ibnu Asaakir )
Dalam keterangan sebelumnya wanita merupakan fitnah terbesar dan penghuni terbanyak di neraka. Namun demikian bagi wanita-wanita sholihah Rasul memerintahkan untuk menghormatinya, menyayanginya dan memuliakannya. Bahkan Rasul mengutuk siapapun orangnya yang menghina kaum wanita.




Artinya:
“Berwasiat baiklah kamu terhadap wanita karena wanita itu terjadi dari tulang rusuk yang bengkok, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atas. Maka kalau kamu paksa meluruskannya dengan kekerasan, pasti ia akan patah. Dan jika kamu biarkan tentu ia tetap bengkok. Karena itu berwasiat denganlah kepada wanita”.
( HR. Bukhari dan Muslim )
Rasulullah menggambarkan jiwa wanita itu bagaikan tulang rusuk yang cenderung bengkok. Kaum laki-laki berkewajiban untuk membimbing, meluruskan dengan cara yang bijaksana, sebab apabila dilakukan dengan kekerasan dikhawatirkan akan patah. Tetapi apabila dibiarkan saja tanpa adanya bimbingan akan tetap bengkok. Dengan demikian diharapkan wanita akan menjadi lebih baik. Sikap keras dan kasar terhadap kaum wanita akan berakibat fatal. Karena itu kelembutan, kehalusan budi pekerti, tutur kata yang baik dari laki-laki sangat diperlukan dalam mendidik dan membimbing seorang wanita.

d. Wanita Sholihah di jamin masuk surga


Artinya :
“Apabila seorang wanita itu telah melakukan shalatnya lima waktu, berpuasa di bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka ia akan memasuki surga Tuhannya”. ( HR. Ibnu Hibban )

2. PEMUDA
Pemuda adalah tumpuan dan generasi penerus. Masa depan dunia, khususnya islam tergantung kepada para pemudanya. Untuk itu semestinya pemuda selalu meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT dengan mengaktualisasikan sikap akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-harinya. Kecenderungan pemuda terjebak oleh keingingan nafsu syahwatnya.
Oleh karena itu sangat penting memanfaatkan masa muda. Seperti yang digambarkan dalam hadits Rasulullah sebagai berikut :
“ Manfaatkanlah yang lima sebelum datang yang lima ( yaitu ) : 1. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu; 2. Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu; 3. Masa kayamu sebelum dating masa miskinmu; 4. Masa hidupmu sebelum dating masa matimu; 5. Masa luangmu sebelum datan masa sibukmu”. ( HR. Baihaqi )



a. Menjaga mata dan kemaluan





Artinya :
Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata. Rasulullah bersabda kepada kami : “Wahai para pemuda!, barangsiapa diantara kamu sekalian mampu kawin, maka hendaklah kawin, karena yang demikian itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kemaluan ( kehormatan ). Dan barang siapa tidak sanggup kawin, maka perpuasalah, karena puasa itu sesungguhnya sebagait perisai” . (HR. Bukhari dan Baihaqi )
Hadits di atas adalah suatu solusi dari Rasulullah untuk menanggulangi bahaya yang ditimbulkan oleh syahwat ( kemaluan ) dan pandangan mata yang tidak senonih, yakni melalui perkawinan. Kalau belum mampu untuk menikah maka dianjurkan untuk berpuasa, sebab berpuasa bisa menjadi perisai diri dari perbuatan maksiat.

b. Pemuda yang selalu beribadah kepada Allah
Pemuda yang waktunya digunakan untuk selalu beribadah kepada Allah SWT dan tidak melakukan maksiat karena takut kepada Allah akan mendapatkan naungan/perlindungan nanti di akherat. Hadits Nabi menyatakan :










Artinya :
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata. Rasulullah SAW bersabda : “Ada tujuh ( golongan manusia ) yang kelak akan mendapat naungan dari Allah pada hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Nya, ( mereka ialah ) : 1. Pemimpin yang adil; 2. Pemuda yang terus-menerus hidup unutk beribadah kepada Allah; 3. Seorang yang tertambat hatinya di masjid-masjid; 4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisahpun karena Allah; 5. Seorang laki-laki yang diajak ( berbuat maksiat ) oleh seorang wanita cantik dan molek, lalu laki-laki itu menjawab : bahwa aku takut kepada Allah Seru sekalian alam; 6. Seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah dengan amat rahasianya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya; 7. Seorang yang selalu ingat kepada Allah diwaktu sendirian hingga meneteskan air mata”. ( HR. Bukhari )

3. TAQWA



Artinya :
“ Bertaqwalah kamu kepada Allah dengan jalan: kerjakanlah sembayang yang lima waktu dan berpuasalah pada bulannya ( ramadhan ) dan keluarkanlah zakat harta bendamu, untuk kebaikan bagi dirimu dan ikutlah perintah pimpinanmu ( yang membawa kebaikan ) niscaya Allah akan memasukan kamu kedalam surga”.
( HR. Hakim )


Artinya :
“ Malu adalah perhiasan, bertaqwa kepada Allah adalah kemulian, sebaik-baik tunggangan adalah sabar, dan menantikan kelapangan dari Allah adalah ibadah” .
( HR. Hakim )




Artinya :
Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, dan Mu’az bin Jabal r.a dari Rasulullah SAW beliau bersabda : “ Bertaqwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” . ( HR. Turmudzi )

Kandungan hadits di atas adalah
a. Taqwa kepada Allah merupakan kewajiban setiap muslim dimanapun keberadaannya, kapanpun saatnya, apapun keadaannya.
b. Bersegera melakukan ketaatan setelah melakukan keburukan secara langsung, yakni dengan memperbanyak amal-amal kebaikan, karena kaebaikan itu akan menghapus keburukan.
c. Dinjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam menghias diri dengan akhlak yang mulia.
d. Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagian dan ketenangan di dunia dan akherat. Karena dengan pergaulan yang baik melalui realisasi akhlak mulia dalam kehidupan dapat menghilangkan dampak negative pergaulan di


19 November 2009

Cinta Sejati

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata: “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya

Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku’. Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu:
”Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. (Yunus: 15).
Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata: “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo’akannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya: “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab: “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan”.
Pemuda itu bertanya: “Jika demikian, kemanakah kau menuju?”
Dia jawab: “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata: “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab: “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subha-nahu wa Ta’ala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Si Pemuda bertanya: “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia

18 November 2009

TERGODA


Sungguh ku tlah tergoda
Terpesona karna pandangan mata

Ah,..............
Nama itu slalu terngiang di telingaku

Ah, ...............
Wajah itu slalu saja terbayang dalam lamunanku

Ah,...............
Setiap bertemu, kupastikan tuk memandang wajah itu
Bila tak bertemu, rasa rinduku menggebu tuk bertemu
Sungguh aku jadi gila oleh wajah manis itu

Ah,...............
Aku terbelenggu.

Ya Robb ampuni aku!

12 Agustus 2009

Mengendalikan Nafsu untuk Seks yang Hebat

Laki-laki seringkali kewalahan mengendalikan nafsu. Setiap kali melihat perempuan molek melintas di depan mata, pikiran langsung melayang ke ranjang. Tidak masalah selama Anda bisa cepat mengalihkan perhatian, dan kembali fokus pada pekerjaan. Sebab bila tidak, hm, akan sangat merepotkan!

Meskipun Anda sudah punya pasangan yang bisa "menampung" hasrat, tapi terlalu riskan untuk melulu memikirkan seks. Hal yang jauh lebih penting adalah kualitas hubungan seksual Anda. Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengerem hasrat yang seliar kuda sumbawa. Satu yang paling penting, berolahraga.

Lari atau jogging akan menguatkan otot tubuh. Bila ditunjang dengan latihan fitness, terutama yang berfokus pada penguatan otot paha dalam, pantat serta pinggul dan pinggang, akan sangat membantu Anda dalam aktivitas seksual bersama pasangan.

Selain berolahraga, penguatan nutrisi sperma juga diperlukan. Makanan yang banyak mengandung Zinc bagus untuk produksi sperma, seperti daging kambing yang dimasak dengan cara dibakar atau dipanggang (proses merebus atau menggoreng akan mengurangi kandungan zinc dalam daging). Menurut resep tradisional China, bawang putih bisa menambah volume sperma, juga mengencangkan penis.

Peredaran darah yang lancar di seluruh tubuh, dan terutama di daerah genital, akan sangat mendukung aktivitas seksual. Anda bisa meminta pasangan Anda memijit bagian pantat hingga tumit, lalu ke pangkal paha, betis bagian dalam. Selanjutnya, kantung penis diusap-usap, perineum dipijat pelan. Cara ini sangat efektif untuk melancarkan peredaran darah, sekaligus membangun keintiman Anda dan pasangan. Sebagai balasan, lakukan hal yang sama pada pasangan Anda.

Lelaki Hebat di Mata Wanita

Lelaki yang hebat tidak selalu berarti lelaki perkasa yang mampu memuaskan pasangan di ranjang. Lebih jauh dari itu, hal yang lebih diinginkan perempuan sesungguhnya adalah kemampuan laki-laki untuk memahami perasaannya.


Berikut ini ciri-ciri laki-laki menawan menurut sebagian perempuan.

Memahami emosi
Perempuan adalah mahluk emosional. Ia sering tidak bisa mengabaikan perasaannya dalam bertindak, baik dalam aktivitas sehari-hari maupun seksual. Karena itu, lelaki pasangannya harus berusaha mengerti keinginan, harapan dan kesukaan pasangan perempuannya. Pada umumnya perempuan menginginkan kelembutan, tidak terburu-buru atau mungkin sebaliknya.

Memberi perhatian
Perempuan selallu senang diperhatikan. Dengan perhatian yang diberikan pasangan, perempuan akan merasa menjadi orang yang penting, dibutuhkan dan dihargai. Sebagai timbal baliknya, perempuan tidak akan segan memberi dan menyerahkan apa yang dibutuhkan, termasuk dalam hal seks. Bila sudah demikian, Anda juga kan yang akan diuntungkan? Perhatian tidak hanya harus berupa pemberian hadiah, tapi juga ucapan-ucapan cinta dan kemauan untuk mendengarkannya.

Pernyataan cinta
Percayalah, perempuan tidak akan pernah bosan mendengar pernyataan cinta Anda kepadanya.

Bagi lelaki, cinta adalah perbuatan. Tapi perempuan lebih yakin kalau ada pernyataan dan ungkapan dalam bentuk verbal dan artificial. Kata dan kalimat berbau cinta, puja-puji dan juga mimpi adalah pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Simbol-simbol romantisme seperti bau wangi, kamar tidur indah, alunan musik, hingga sentuhan dan ciuman lembut adalah mimpi indah yang menjadi kenyataan.

Memahami tubuhnya

Perempuan amat menyenangi foreplay, saat tubuhnya dicumbu hingga ia benar-benar siap bercinta. Agar pasangan Anda makin cinta, Anda harus mempelajari titik-titik peka pada tubuhnya untuk menumbuhkan gairah bercinta.

Kuasai teknik dan gaya bercinta

Tentu saja, untuk menjadi lelaki hebat di tempat tidur, harus tahu dan menguasai pengetahuan bercinta yang maksimal. Dari olah seks bukan hanya dari tingkatan kontak organ vital (coitus), tapi juga foreplay yang menggairahkan dan afterplay yang menyenangkan. Juga bagaimana perempuan dapat mendapatkan orgasme, meskipun satu-satunya jaminan membuat kenikmatan yang memuaskan.

Mau melayani
Dengan peningkatan pendidikan, informasi dan juga pergeseran tata sosial dan budaya, kini bukan lagi jamannya lelaki ibarat raja yang harus dipenuhi keinginan dan dilayani kemauannya. Untuk lebih menghargai dan membahagiakan perempuan, kini lelaki harus menekan egoisme dengan memberikan pelayanan. Tanyalah apa keinginan dan apa yang membuatnya puas dan bahagia, penuhi dan lakukan dengan sepenuh hati.

Sehat
Apapun yang anda lakukan, hasilnya akan lebih maksimal jika anda dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Karena itu, jaga kondisi tubuh anda agar tetap sehat dan segar bugar. Obat dan berbagai suplemen mungkin membantu, tapi olahraga memadai, makanan yang sehat selalu diperlukan berapa pun usia anda agar tetap fit. Yang juga tak kurang penting adalah bagaimana belajar menstabilkan emosi. Sabar, dewasa dan tenang, jangan mudah terpancing emosi.

Tanda Wanita Telah Jatuh Cinta

Wanita tidak mudah dibaca perasaannya. Bisa saja dia terlihat menikmati kebersamaan dengan Anda, tapi ternyata dia hanya menganggap Anda sebagai teman. Atau sebaliknya, dia agak sulit didekati, tapi seringkali Anda mendapatinya sedang mencuri-curi pandang pada Anda. Lantas, bagaimana tanda-tanda seorang wanita yang telah benar-benar jatuh cinta?

Bila Anda cukup jeli, Anda akan mampu menafsirkan perasaannya hanya dengan melihat bahasa tubuhnya. Hal yang perlu Anda lakukan adalah memperhatikan detail. Perhatikan reaksinya saat secara tiba-tiba Anda menyentuh tangannya. Apakah dia terlihat malu dan memindahkan tangannya atau tampak tidak senang dan segera meninggalkan Anda.

Seorang wanita yang tertarik kepada pria, biasanya memperlihatkan rasa nyaman. Dia tidak akan keberatan bila secara tidak sengaja (atau bahkan sengaja!), Anda menyentuh tangan atau lengannya.

Tanda berikutnya adalah seberapa rutin Anda berkomunikasi dengannya. Apakah Anda dan dia sanggup berbicara selama berjam-jam dan berkomunikasi secara rutin tanpa merasa kesulitan menemukan topik pembicaraan? Jika itu terjadi, maka sebenarnya dia menyukai Anda. Manfaatkan waktu ini dan tanyalah dia apakah dia mau hang out dengan Anda.

Setelah itu, perhatikan bagaimana sikapnya saat dia sedang bersama Anda. Lihat bagaimana cara dia memperlakukan Anda. Jika Anda perlu bantuan, Apakah dia membantu Anda? Apakah dia menunjukkan perhatian pada Anda? Apakah dia sering ada ketika Anda membutuhkannya? Hal-hal semacam ini bisa menjadi petunjuk, apakah dia menyukai Anda atau tidak.

Ada satu hal lagi yang perlu Anda perhatikan, dan ini sangat penting. Anda harus ekstra hati-hati dan melihat apakah dia melakukan hal-hal yang baik hanya untuk Anda atau dengan orang lain juga. Jika hanya kepada Anda, maka Anda mempunyai kesempatan.

Sebelum Anda mengambil kesimpulan, pastikan bahwa dia mempunyai ketertarikan hubungan romantis dengan Anda dan bukan hanya menghabiskan waktu. Tentunya, Anda tidak ingin tertarik dengan orang yang salah.

Qardhawi: Quthb Bertanggung Jawab atas Berkembangnya Islam Radikal

By Republika Newsroom
Senin, 10 Agustus 2009 pukul 12:52:00
KAIRO--Ketua persatuan ulama Muslim internasional, Syekh Yusuf al-Qardhawi, menyatakan pemikiran takfir (pengkafiran pada muslim lain) dalam kitab-kitab Sayyid Quthb sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang dianut mayoritas umat Islam di dunia. Pemikiran ini, tambah Qardhawi, juga tidak mencerminkan pemikiran gerakan al-Ikhwan al-Muslimun, karena pemikiran takfir sama sekali tidak selaras dengan pemikiran Ikhwan al-Muslimin.


Pernyataan Qardhawi ini disampaikan dalam dialog dengan Dr Dhia Rishwan, peneliti gerakan Islam terkemuka asal Mesir, dalam program acara televisi "Manabir wa Madafi" (Mimbar dan Debat) yang disiarkan oleh kanal al-Fara'in Mesir pada Jumat (7/8), sebagaimana dilansir IslamOnline.net.

Dari Moderat ke Konservatif

Menurut Qardhawi, Sayyid Quthb bergabung dan aktif di organisasi al-Ikhwan al-Muslimun sejak awal tahun 50-an atas dasar ketertarikan dan kekagumanya pada Ikhwan. Pada mulanya, Quthb berpemikiran moderat dan selaras dengan Ikhwan, namun lama kelamaan, Quthb berubah menjadi lebih konservatif.

Perubahan ini terjadi pada akhir-akhir masa hidupnya, khususnya dalam kitab tafsir Fi Dzilal al-Qur'an (Dalam Naungan Alquran) dan kitab Ma'alim fi at-Thariq (Rambu-Rambu Jalan). Perubahan ini juga sangat jelas terbaca ketika kita bandingkan Dzilal cetakan pertama dan cetekan keduanya, pada cetakan kedua lah mulai muncul pemikiran hakimiyah (masyarakat hukum) dan jahilyah (masyarakat jahiliyah.

"Ahlussunnah tidak pernah condong kepada takfir, tidak sebagaimana yang sering dilakukan oleh sekte Khawarij," jelas Qardhawi.

Pemikiran takfir tersebut, lanjut Qardhawi, berkembang ketika ia mendekam di penjara. Kondisi ini cukup memengaruhi pemikiranya. Quthb menganggap pemerintah yang ada sebagai komunis dan jauh dari agama.

Meski demikian, jika saja Sayyid Quthb saat itu tidak digantung (pada 29 Agustus 1966) dan diberi kesempatan untuk hidup normal (tidak dalam tekanan politik) dan berbaur dengan masyarakat, kemungkinan pemikiran Quthb akan berubah dan kembali lagi kepada pemikiran moderat.

Quthb dan Pendidikan Ikhwan

Menurut Qardhawi, Sayyid Quthb merupakan salah seorang yang sangat mengagumi sosok Imam Hasan al-Banna, pendiri Ikhwan. Atas ketertarikan ini, Quthb pun menulis buku berjudul Hasan al-Banna wa 'Abqariyyah al-Banna (Hasan al-Banna dan Kejeniusan Seorang Pendiri).

Meski demikian, pada perjalanan selanjutnya, masih menurut Qardhawi, Quthb lebih dipengaruhi oleh pemikiran Abul A'la al-Mawdudi, tokoh Islam sezamannya dari Pakistan.

Namun menurut Qardhawi pemikiran takfir dan tajhil (menganggap masyarakat Islam saat ini adalah jahiliyyah) sangat berbeda dengan pemikiran Mawdudi sendiri.

"Pemikiran Quthb lebih kepada pencampuran antara Ikhwan, Salafi, dan Jihadi," jelas Qadhawi.

"Sayyid Quthb adalah sastrawan, pemikir, cendikiawan, penafsir, dan tokoh Islam terbesar pada masanya," terang Qardhawi. Namun, tambah Qardhawi, Quthb adalah orang yang paling bertanggung jawab atas berkembangnya aliran pemikiran radikal yang sekarang marak di kalangan sebagian umat Islam. iol/taq

Syekh Bahauddin Naqshaband, Mahaguru Pembaru Tasawuf


By Republika Newsroom
Rabu, 12 Agustus 2009 pukul 09:01:00

Sejak kecil sudah menunjukkan dirinya sebagai orang yang cerdas dan berilmu tinggi.

Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad Al-Husayni Al-Uwaysi Al-Bukhari. Ia lahir di Qasrel Arifan, sebuah desa di kawasan Bukhara, Asia Tengah, pada bulan Muharram tahun 717 H/1317 M. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah SAW melalui Sayyidina Al-Husain RA.

Semua keturunan Al-Husain di Asia Tengah dan anak benua India lazim diberi gelar shah, sedangkan keturunan Al-Hasan biasa dikenal dengan gelar zadah dari kata bahasa Arab saadah (bentuk plural dari kata sayyid) sesuai dengan sabda Rasulullah SAW tentang Al-Hasan RA, ''Sesungguhnya anakku ini adalah seorang sayyid.''

Shah Naqshaband diberi gelar Bahauddin karena berhasil menonjolkan sikap beragama yang lurus, tetapi tidak kering. Kemudian, sikap beragama yang benar, tetapi penuh penghayatan yang indah.

Pada masanya, tradisi keagamaan Islam di Asia Tengah berada di bawah bimbingan para guru besar sufi yang dikenal sebagai khwajakan (bentuk plural dari 'khwaja' atau 'khoja' dalam bahasa Persia berarti para kiai agung). Dan, pembesar mereka adalah Khoja Baba Sammasi yang ketika Muhammad Bahauddin lahir, ia melihat cahaya menyemburat dari arah Qasrel Arifan, yaitu saat Sammasi mengunjungi desa sebelah.

Sammasi lalu memberitahukan bahwa dari desa itu akan muncul seorang wali agung. Sekitar 18 tahun kemudian, Khoja Baba Sammasi memanggil kakek Bahauddin agar membawanya ke hadapan dirinya dan langsung dibaiat. Ia lalu mengangkat Bahauddin sebagai putranya.

Sebelum meninggal dunia, Baba Sammasi memberi wasiat kepada penggantinya, Sayyid Amir Kulali, agar mendidik Bahauddin meniti suluk sufi sampai ke puncaknya seraya menegaskan, "Semua ilmu dan pencerahan spiritual yang telah kuberikan menjadi tidak halal bagimu kalau kamu lalai melaksanakan wasiat ini!"

Meniti jalan spiritual

Bahauddin pun berangkat ke kediaman Sayyid Amir Kulali di Nasaf dengan membawa bekal dasar yang telah diberikan oleh Baba Sammasi. Sammasi menyatakan jalan tasawuf dimulai dengan menjaga kesopanan tindak-tanduk dan perasaan hati agar tidak lancang kepada Allah, Rasulullah, dan guru.

Bahauddin juga percaya bahwa sebuah jalan spiritual hanya bisa mengantarkan tujuan kalau dilalui dengan sikap rendah hati dan penuh konsistensi. Karena itu, melakukan makna eksplisit dari sebuah perintah barangkali harus diundurkan demi menjaga kesantunan.

Inilah yang dilakukan oleh Bahauddin ketika dihentikan oleh seorang lelaki berkuda yang memerintahkan dirinya agar berguru pada orang tersebut. Dengan tegas, tetapi sopan; ia menolak seraya menyatakan bahwa dia tahu siapa lelaki itu. Masalah berguru kepada seorang tokoh adalah persoalan jodoh; meskipun lelaki berkuda tadi sangat mumpuni, ia tidak berjodoh dengan Bahauddin.

Setelah tiba di hadapan Sayyid Amir Kulali, Bahauddin langsung ditanya mengapa menolak perintah lelaki berkuda yang sebenarnya adalah Nabi Khidir AS? Beliau menjawab, "Karena, hamba diperintahkan untuk berguru kepada Anda semata!"

Di bawah asuhan Amir Kulali, Bahauddin mengalami berbagai peristiwa yang mencengangkan. Di antaranya, beliau pernah ditangkap oleh dua orang tak dikenal dan dikirimkan ke makam seorang wali. Di sana, dia mendapatkan lentera yang minyaknya masih banyak dan sumbunya juga masih panjang, tetapi apinya hampir padam.

Bahauddin mendapat ilham untuk menggerakkan sedikit sumbu itu agar aliran bahan bakar menjadi lancar. Dengan khusyuk, ia melakukannya, tahu-tahu sekat pembatas antara dunia nyata dan alam barzakh terbuka di hadapan beliau. Di balik tabir ruang dan waktu itu, Bahauddin mendapatkan semua mahaguru khawajakan yang sudah meninggal dunia, termasuk guru pertamanya, Khoja Baba Sammasi.

Oleh salah seorang guru mereka, Bahauddin dihadapkan kepada kepala aliran khawajakan, yaitu Khoja Abdul Khaliq Gujdawani. Dari mahaguru yang agung ini, Bahauddin mendapatkan bimbingan langsung dalam meniti suluk sufi. Sejak saat itu, Bahauddin dikenal dengan gelar Al-Uwaysi karena mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari seorang guru yang sudah meninggal dan tidak pernah ditemuinya di dunia. Hal ini sama dengan Uways Al-Qarny, seorang tabiin yang mendapatkan pelajaran spiritual langsung dari roh Sayyidina Rasulillah SAW.

Di bawah bimbingan Amir Kulali pula, Bahauddin terus mempraktikkan semua ajaran Abdul Khaliq Gujdawani, sebagaimana beliau juga mempelajari dengan tekun ilmu-ilmu Islam lainnya, khususnya akidah, fikih, hadis, dan sirah Nabi SAW.

Dan, karena wasiat dari Baba Sammasi, tidak heran kalau Amir Kulali memberikan perhatian khusus kepada Bahauddin. Setelah semua ilmu dan pencerahan spiritual yang ada pada gurunya diserap habis, Sayyid Amir Kulali memerintahkan Bahauddin untuk mengembara seraya menunjuk ke puting dadanya dan berkata, "Semua yang ada di sumber ini sudah habis kamu sedot, maka mengembaralah!"

Bahauddin kemudian belajar kepada beberapa mahaguru lain, seperti Khoja Arif Dikkarani dan Hakim Ata, hingga beliau menjadi mahaguru sufi terbesar yang pernah muncul dari kawasan Asia Tengah (sekarang adalah negara-negara persemakmuran bekas USSR), Persia, Turki, dan Eropa Timur. Beliau meninggal pada malam Senin, 3 Rabiul Awwal 791 H/1391 M.

Karena di dadanya terukir Lafdzul Jalalah (Allah) yang bercahaya, ia dikenal juga sebagai "Naqshaband" (bahasa Persia yang berarti: gambar yang berbuhul). Dan, kepada beliau, dinisbahkan Tarekat Naqshabandiyah yang merupakan salah satu tarekat terbesar di dunia. Tarekat ini tersebar luas di Turki, Hejaz, kawasan Persia, Asia Tengah, serta anak benua India dan Indonesia.

Adanya Tarekat Naqshabandiyah ternyata mampu mempertahankan identitas keislaman di Asia Tengah dan Eropa Timur, di tengah prahara komunisme yang menerpa selama lebih dari setengah abad. Para pemimpin kebangkitan Islam di Turki, seperti Erbakan dan Erdogan, juga berafiliasi kepada tarekat ini. Bahkan, akhir-akhir ini, Tarekat Naqshabandiyah memainkan peranan sangat penting dalam penyebaran Islam di Eropa dan Amerika.

Sementara itu, di Indonesia, ada beberapa cabang Tarekat Naqshabandiyah, seperti Khalidiyah, Mujaddidiyah, dan Muzhariyah. Yang terbesar adalah Tarekat Qadiriyah-Naqshabandiyah yang--sesuai namanya--merupakan hasil simbiosis dua tarekat terbesar di dunia.


Mengembalikan Esensi Tasawuf

Shah Naqshaband muncul untuk merevitalisasi perilaku beragama dengan mengajak kembali kepada tradisi yang hidup pada zaman Nabi SAW. Bagi Shah Naqshaband, hakikat sebuah tarekat adalah penerapan ajaran syariat dalam wujud yang paling sempurna dan konsisten. Sementara itu, hakikat adalah terealisasikannya "maqam kehambaan" seorang anak manusia di hadapan Allah semata.

Shah Naqshaband menyatakan bahwa tasawuf adalah inti agama dan inti terdalam dari tasawuf itu sendiri adalah muraqabah, musyahadah, dan muhasabah. Muraqabah adalah melupakan segala sesuatu yang selain Allah dengan hanya memfokuskan hati dan perbuatan hanya kepada-Nya.

Musyahadah adalah menyaksikan keagungan dan keindahan Allah dalam seluruh eksistensi. Sementara itu, muhasabah adalah instropeksi diri yang terus-menerus agar tidak lalai dari jalan yang mulia ini. Dengan ketiga inti tasawuf itu, hati seorang saleh terus hidup dan dihidupkan oleh zikir dan kebersamaan bersama Allah dalam setiap detak jantung dan embusan napasnya sampai dia tertidur sekalipun!

Agar mencapai maqam tersebut, seorang saleh harus menjalani pelatihan di bawah bimbingan seorang mahaguru spiritual. Dialah yang akan mengajarkannya prosesi berzikir dalam hati sesuai dengan firman Allah, "Dan, sebutlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kesungguhan dan rasa takut (akan tidak diterima amal perbuatanmu), tanpa mengangkat suara pada siang dan sore hari dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah" (QS Al-A`raaf: 205).

Zikir dalam hati dipilih karena silsilah utama tarekat ini bersambung melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq. Metode zikir ini diajari oleh Rasulullah dan berbeda dengan tarekat lain yang semuanya bersambung melalui Ali bin Abi Thalib yang diajari berzikir dengan menggunakan suara jelas. Zikir dalam hati adalah ibadah yang terbesar (sesuai dengan bunyi tekstual QS Al-`Ankabuut: 45) dan bisa dilaksanakan dalam keadaan apa pun.

Zikir dalam hati yang dilakukan oleh seorang Naqsyabandi menggunakan Lafdzul Jalalah (Allah) dan Laa Ilaaha illalLaah yang dilafalkan dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan langsung oleh seorang mahaguru sufi (syekh). Dengan prosesi zikir ini, seorang Naqshabandi meniti tangga-tangga makrifat.

Shah Naqshaband pernah menyatakan bahwa shalat adalah titian spiritual yang paling efektif bagi seorang saleh asalkan shalatnya khusyuk. Untuk mewujudkannya, seorang saleh diharuskan mengonsumsi makanan yang halal baginya dan tidak pernah lalai mengingat atau "bersama" dengan Allah dalam kesehariannya, lebih khusus lagi saat berwudhu serta bertakbiratul ihram.

Di sisi lain, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah sebuah perilaku sosial yang positif. Bukan sekadar berbudi pekerti yang luhur, melainkan juga berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Seorang saleh tidak boleh merasa dirinya lebih mulia dari seekor anjing sekalipun. Dia juga selalu siap mengulurkan tangan kepada siapa pun yang membutuhkan bantuan. Bahkan, bantuan tersebut bukan sekadar diberikan dalam bentuk material semata, tetapi juga rohaniah dan spiritual.

Selain itu, bertasawuf juga berarti menghormati waktu. Shah Naqshaband pernah menegaskannya dalam bahasa Persia, "Orang yang berakal pasti tidak suka berkawan dengan seorang yang suka menunda-nunda pekerjaan jika mampu dilakukannya hari ini." Waktu harus digunakan untuk ibadah dalam pengertiannya yang paling komprehensif: berbuat kebajikan, baik yang ritual maupun yang sosial. Dan, tidak boleh ada waktu yang berlalu sedetik pun tanpa yakin bahwa kita selalu "mengingat" dan "bersama" Allah.

Dengan demikian, bertasawuf bagi Shah Naqshaband adalah mewujudkan ketundukan penuh kepada Nabi Muhammad SAW secara paripurna: menjalankan perintahnya, menghindari larangannya, meneladani perbuatannya, dan menghayati spiritualitasnya, sesuai dengan ajaran Islam menurut mazhab ahlussunnah wal jamaah.

Tidak heran kalau banyak ulama yang mengakui bahwa Tarekat Naqshabandiyah adalah saripati semua tarekat sufi. Dan, barang siapa yang suluknya tidak sesuai dengan ajaran Shah Naqshaband di atas berarti sudah keluar dari jalur yang benar meskipun mengaku sebagai pengikut beliau. Shah Naqshaband pernah menegaskan, "Tasawuf adalah syariat. Dan, barang siapa yang mengaku sebagai pengikut tasawuf, tetapi tidak menerapkan syariat, berarti dia telah tersesat!" aunul abied shah/taq

17 Juli 2009

REALITAS KARAKTER PENDIDIK DAN PENDIDIKAN ERA SEKARANG

Jika kamu tidak mencintai pekerjaan yang sedang kamu lakukan, kamu akan sakit secara fisik, mental atau spiritual. Bahkan, bisa jadi kamu akan membikin orang lain ikut sakit ( Lorraine Monroe )

Ada kekhawatiran ketika menyaksikan tawuran antar pelajar bergejolak dimana-mana. Ada kegelisahan saat melihat para anak didik berteriak girang begitu tahu kalau gurunya tidak datang hari itu. Ada kegundahan dan pertanyaan yang mendalam tatkala menyaksikan para pendidik turun ke jalan, berdemo berhari-hari menuntut kenaikan gaji.

Mengapa muncul kekhawatiran, kegelisahan, kegundahan dan pertanyaan yang mendalam? Kejadian di atas menunjukan bahwa para peserta didik
sekarang sudah sangat dekat dengan kekerasan, kebrutalan yang sangat bertolak belakang dengan dunia mereka, yakni dunia pendidikan dan keilmuan.
Dari kejadian di atas tersirat redupnya nuansa kasih
sayang dalam interaksi antara pendidik dengan anak didik, adanya perbedaan rasa antara pendidik dan anak didik

10 Juli 2009

PENDIDIK YANG IKHLAS ADALAH YANG PALING MULIA

Menurut Al-Ghazali ( Ihya 'Ulumuddin )
" Makhluk yang paling mulia di muka bumi ialah manusia. Sedangkan bagian tubuh manusia yang paling mulia adlah hatinya. Guru sibuk menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikannya, serta menuntunnya untuk dekat dengan Allah SWT.

Oleh karena itu, mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk ibadah, melainkan juga termasuk khilafah Allah SWT. Karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah untuk menerima ilmu yang merupakan sifat-Nya yang paling khusus. Orang 'alim adalah bendaharawan yang mengurusi khasanah Allah yang paling berharga."

" Barang siapa berilmu dan mengamalkannya, maka dilah yang disebut agung di kerajaan langit. Dia bagaikan matahari yang selain menerangi dirinya sendiri juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kasturi yang harum dan memercikan keharuman kepada orang yang berpapasan dengannya. Barang siapa yang menyibukan diri dalam mengajar, berarti dia telah meraih perkara yang agung. Oleh sebab itu hendaklah seorang guru memperhatikan tatakrama ( etika seorang guru ) dalam menjalankan tugas-tugasnya."

Menurut Al-Ghazali ( Fatihatul 'Ulum )
" Seluruh manusia akan binasa, kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu akan binasa, kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya. Orang-orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa, kecuali orang-orang yang ikhlash."

06 Juli 2009

Sesalkan Penolakan CPNS dari PGSD Islam


Senin, 3 November 2008 17:02
Brebes, NU Online
Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (NU) menyayangkan sikap panitia penerimaan CPNS formasi tahun 2008 yang menolak lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Islam (PGSDI) dalam penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk formasi guru kelas SD di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.



Ketua Pengurus Cabang Ma'arif NU Brebes, Drs Syamsul Maarif, S.Pd., penolakan tersebut tidak ada dasarnya sama sekali. Padahal Lulusan PGSDI sama saja dengan PGSD dari perguruan tinggi umum.


“Penyempitan lahan pekerjaan bagi anak-anak yang sekolah di lembaga Islam, adalah bentuk diskriminasi nyata,” ujar Syamsul usai menghadap Ketua Dewan Pendidikan Kab Brebes, Senin (3/11) untuk melaporkan hal terkait di kantor Dewan Pendidikan setempat.

Sikap tersebut disampikan terkait para penolakan pendaftar CPNS di Brebes yang lulusan PGSDI yang nota bene berasal dari Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI). Mereka terancam tidak bisa ikut bersaing menjadi CPNS kali ini, karena formasi yang dibutuhkan untuk guru kelas SD harus berasal dari lulusan PGSD, bukan PGSDI atau PGMI.

Justru dengan lulusan dari PGSDI/PGMI, lanjut Syamsul, memiliki dua keuntungan. Yakni selain guru tersebut mampu mengelola kelas juga bisa mengarahkan mata batin anak-anak bangsa terhadap pendalaman agama.

Hal serupa disampaikan Kabag Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Brebes Mad Sholeh SPd Msi. “Mestinya, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Brebes tidak membuat keputusan yang bersifat diskriminatif,” ujar Sholeh.

"Pemkab perlu meninjau ulang keputusan penolakan terhadap lulusan PGSDI/PGMI ini, supaya tidak ada diskriminasi terhadap lembaga pendidikan Islam," ujar Mad Sholeh, yang sebelumnya sempat mengajar di STAI Cirebon.

Nilai-nilai pendidikan Islam, sangat diperlukan dalam sistem pendidikan nasional. Karena unsur budi pekerti, yang ada pada pendidikan agama Islam saat ini justru yang diutamakan. Sehingga Pemkab justru merasa diuntungkan dengana adanya nilai-nilai plus yang sudah ada pada lulusan PGSDI maupun PGMI.

"Lulusan PGSDI maupun PGMI mempunyai tugas dan wewenang yang sama, karena memiliki akta II untuk mengajar," tegasnya.

Mad Sholeh tidak habis pikir, terhadap penolakan tersebut. Padahal pemerintah pusat sendiri telah menerapkan gerakan anti diskriminasi, antara lain dengan melegalkan lembaga pendidikan pesantren yang sebelumnya tidak diakui secara resmi.

“Ini preseden buruk pada lembaga pendidikan Islam. Karena nantinya mereka yang akan mengikuti kuliah atau bersekolah di lembaga pendidikan Islam dianggap rendah dan ijazahnya tidak berlaku di instansi pemerintah,” ungkap Sholeh.

Menanggapi kasus tersebut, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Brebes Wisnu Broto SH MH tetap bersikukuh, untuk formasi guru kelas SD, pihaknya tetap mengacu pada SK Menpan tersebut, yakni hanya bisa menerima lulusan PGSD.

“Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) pengisian formasi PNS harus sesuai dengan bidang ilmu yang tercantum,” tandasnya.

STIT Brebes Wisuda 221 Sarjana

BREBES - Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Brebes, Rabu (31/12) mewisuda 221 sarjana (S1) di Islamic Center, Brebes. Wisuda itu merupakan angkatan ke-2, sejak perguruan tinggi swasta itu berdiri. Wisuda dihadiri senat STIT dan Wakil Bupati H Agung Widyantoro SH MSi.



Sebelum dilakukan pengukuhan gelar sarjana, Ketua STIT Prof Dr H Muhaimin MA memberikan penghargaan kepada tiga lulusan terbaik dengan predikat baik sekali. Mereka terdiri, Toridin, II Nuchi, dan III Maria Ulfah Asriani.

Prof Muhaimin mengatakan, kehadiran STIT di Kota Brebes tak lepas dari cita-cita umat Islam dan masyarakat Brebes untuk memajukan ajaran Islam. Terutama memenuhi pangsa pasar bidang pendidikan, membina sosok pendidikan yang memiliki predikat ulama intelektual dan intelektual ulama.

Positif

”Dengan dasar pemikiran tersebut saya berharap STIT Brebes mampu merespon dan memberikan jawaban terhadap tantangan zaman terutama dalam melahirkan sarjana pendidikan yang profesional,” tuturnya.

Menurut dia, akhir-akhir ini penilaian masyarakat terhadap lembaga pendidikan tinggi itu sangat positif.

Hal tersebut dapat dilihat dari minat masyarakat untuk belajar khususnya setelah diberlakukan Undang-Undang Dosen dan Guru No 14 Tahun 2005 yang menyebutkan guru dan dosen mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional.(wh-52)

PENUTUPAN KKN MAHASISWA STIT BREBES

Brebes - Kepala Sekertariat Bappeda Brebes, Dra. Tri Wulan mewakili Bupati Brebes menutup kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Kabupaten Brebes kamis tadi di Pendopo Brebes. Hadir pada acara tersebut SKPD Kabupaten Brebes, Dewan pendidikan, Dosen serta Mahasiswa STIT Brebes.

Bupati Brebes dalam sambutan yang dibacakan Kepala Sekertariat Bappeda Brebes mengatakan bahwa kuliah kerja nyata ini bukan hanya merupakan ajang mengaplikasikan berbagai teori kampus di tengah kondisi dan kebutuhan riil masyarakat namun juga memberi manfaat bagi masyarakat sasaran. Masyarakat pun tidak sekedar mendapat tambahan pengetahuan, tetapi turut pula merasakan sumbangan pemikiran dan kerja nyata dalam rangka mensukseskan pembangunan di daerah Brebes. Hal ini sesuai dengan tema yang diusung yaitu, ” Dengan kkn kita tingkatkan pemberdayaan masyarakat brebes dalam rangka meningkatkan kerukunan untuk pembangunan”. Untuk itu atas nama Pemerintah Kabupaten dan warga masyarakat Brebes, menyampaikan terimakasih atas sumbangsih peserta KKN serta kerja sama yang baik dari pihak STIT, teriring harapan kerja sama yang saling menguntungkan semacam ini, dapat diteruskan dan ditingkatkan di masa mendatang.


Lebih lanjut Bupati menyampaikan permohonan maaf apabila selama pelaksanaan KKN di Kabupaten Brebes, terdapat berbagai kekurangnyamanan. Hal ini tentu tak lepas dari keterbatasan masyarakat Kabupaten Brebes sebagai manusia dengan segala kondisi yang nyata. Adapun Pemerintah Kabupaten Brebes sendiri sedang terus mengupayakan pembenahan diri dan fasilitas untuk mengangkat derajat kehidupan dan kesejahteraan masyarakatnya.


Pada akhir sambutanya Bupati Brebes berharap agar mahasiswa STIT setelah lulus kuliah nanti dapat kembali ke tengah masyarakat, untuk mengabdi dan membangun daerah menuju masa depan yang lebih baik lagi dan agar ilmu di bangku kuliah yang telah diterapkan selama KKN menjadi ilmu yang bermanfat dan barokah.


Ketua pelaksana KKN STIT Brebes Drs. Subur M.ag mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Brebes dan masyarakt tempat KKN yang telah memfasilitasi dan mendukung KKN Mahasiswa STIT Brebes di tiga Kecamatan yaitu Losari, Tanjung dan Paguyangan selama 40 hari. Subur berharap agar kegiatan KKN ini dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan Peserta KKN.

17 Juni 2009

PESTA DI DALAM KELAS

Hari-hari menjelang UAS banyak dosen tidak masuk kelas disebabkan materi mata kuliah sudah selesai. Momen ini dimanfaatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi STIT Brebes semester 2 kelas A mengadakan pesta kecil-kecilan di kelas. Di bawah ini rekaman pesta kelas yang meriah. " Eh ada yang kelolodan rujak loh!" Lihat aja disini !

Sambil ngerjain tugas kuliah di kelas, asyiknya ya sambil makan-makan




Bagaimana Komentar anda ????????????????????????????????!


14 Juni 2009

Pendidikan sebagai Proses Pembudayaan 3

1. Proses Pendidikan dalam Ranah Pendidikan Nilai
Gambaran tentang orang Indonesia yang ramah, berbudaya, dan berbudi pekerti luhur telah memudar. Kesan yang muncul adalah kekerasan, dan tindakan tidak manusiawi terjadi hampir di seluruh pelosok negeri dan berlangsung dalam waktu yang lama. Tudingan ini lebih tertuju pada kegagalan pendidikan nilai yang dibina pada tiap lembaga pendidikan. Bahkan dengan tegas Timo Teweng (Bali Post, 13/9/2005) mengklaim, merebaknya gejala seperti ini akibat kegagalan dalam menumbuhkan pendidikan nilai.


Pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyai tiga sasaran. Pertama, pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotrik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain. Dalam hal ini dapat diartikan, pendidikan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan menjaga serta memupuk jati dirinya. Dalam hal ini proses alih nilai dalam rangka proses pembudayaan.
Kedua, dalam sistem nilai yang dialihkan juga termasuk nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia Indonesia untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlaq mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya. Dalam kaitan ini konsep Tri Hita Karana dikumandangkan. Implementasi alih nilai dalam proses merupakan proses pembinaan imtaq.
Ketiga, dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya. Dalam hal ini, proses alih nilai merupakan proses pembinaan iptek.
2. Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti
Menyikapi secara kritis begitu pentingnya menumbuhkembangkan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti perlu dikembangkan atau diperkokoh tidak lain karena merupakan konsukuensi logis dari keberadaan (eksistensi) serta hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk berbudaya. Sebagai makhluk sosial dan makhluk yang berbudaya, manusia berada pada jaringan interaksi interdependensi dengan sesama manusia yang diatur dalam pola-pola jaringan norma yang dijabarkan dari nilai yang hidup serta beroperasi di satu kelompok masyarakat. Sistem pendidikan harus berpedoman pada seperangkat aturan dan pengaturan, yang memang dirancang demi pendekatan sistemik dan bukan untuk disiasati melalui pendekatan perseorangan.
Pendidikan budi pekerti tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem nilai tersebut. Proses internalisasi nilai itu sendiri tidak lain dari salah satu aspek dari substansi proses pendidikan dalam arti luas. Dengan demikian pendidikan budi pekerti terkait dengan proses pendidikan baik yang berlangsung di keluarga (bagian dari isi pola asuh), di masyarakat (bagian dari interaksi sosial), maupun di sekolah (bagian dari proses pendidikan formal). Atas dasar ini pendidikan budi pekerti menumbuhkan sikap serta perilaku sehari-hari yang mencerminkan sistem nilai yang hidup di suatu masyarakat. Dengan demikian pengembangan pendidikan budi pekerti juga merupakan pengembangan budaya dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
Uraian singkat di atas, memberikan gambaran dalam pendidikan keluarga dan masyarakat, proses interaksi peserta didik yang menyangkut nilai tambah keyakinan, sikap, budi pekerti dan perilaku berlangsung secara lebih intensif, terutama dalam proses pembudayaan dan pembinaan imtaq. Hal ini dimungkinkan karena dalam kedua lingkungan pendidikan tersebut, proses alih nilai dapat berlangsung lebih intensif dengan adanya proses pembiasaan dan peneladanan (percontohan). Pembinaan sikap dan perilaku dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Sementara percontohan dapat dilihat langsung dari sikap dan perilaku orang tua maupun tokoh masyarakat (formal maupun non formal).
Pembinaan imtaq dan pembudayaan pada dasarnya meliputi pembinaan terhadap keyakinan, sikap, perilaku dan budi pekerti dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kesemua aspek tersebut dapat berkembang apabila ada pemahaman dan wawasan keagamaan dan budaya yang diperoleh dari proses alih pengetahuan, serta internalisasi nilai-nilai keagamaan dan budaya yang diperoleh dari proses alih nilai. Dalam lingkungan keluarga dan masyarakat proses alih nilai berlangsung secara lebih berkesinambungan sehingga interaksi berlangsung secara lebih efektif dibandingkan yang terjadi di dalam kelas. Di samping faktor pembiasaan dan peneladanan di atas, pembinaan imtaq dan pembudayaan dalam keluarga juga akan lebih berhasil karena adanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang melahirkan keyakinan, sikap, perilaku dan budi pakerti dan akhlak seperti di atas.
3. Model Pendekatan Pendidikan sebagai Pembudayaan
Dalam pembinaan budi pekerti di sekolah, sering ditemukan dua model pendekatan dalam penanaman nilai-nilai imtaq dan pembudayaan. Pertama, pendekatan struktur-kuantitatif, pendekatan yang menitikberatkan pada satuan subjek dan jam belajar. Kedua, pendekatan fungsional kualitatif, yaitu pendekatan menitikberatkan pada substansi kegiatan belajar mengajar sebagai wahana proses alih nilai. Pendekatan pertama biasanya mengusulkan adanya mata pelajaran khusus dan jam pelajaran memadai, sementara pendekatan yang kedua lebih pada intensitas pendidikan nilai (budi pekerti, agama, lingkungan, wawasan kebangsaan, dan sebagainya) pada setiap mata pelajaran yang ada secara integrative dan proporsional.
Terlepas dari kontroversi kedua pendekatan tersebut, untuk konteks pendidikan dasar dan menengah yang jumlah subyek dan jam belajarnya yang sudah padat, maka pendekatan kedua lebih cocok untuk kita upayakan dalam rangka validasi pendidikan budi pekerti dalam wahana sekolah.
Selain itu, pelaksanaan pendidikan nilai di sekolah, sekolah perlu situasi pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang terprogram yang membawa pendidikan nilai yang mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menciptakan situasi sekolah yang memungkinkan bagi siswa untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri, mengetahui dengan pengertian yang benar, serta mengalami sendiri bagaimana nilai-nilai itu dihayati dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Mampukah pendidikan budi pekerti menjembatani penanaman pendidikan nilai? Walaupun pendidikan budi pekerti sudah diajarkan di sekolah dan di lembaga pendidikan lainnya, pelajaran pendidikan budi pekerti ditempatkan sebagai wahana pembelajaran kognitif akan nilai-nilai. Pelajaran budi pekerti tidak dapat semata mata diandalkan untuk pendidikan nilai. Paul Suparno, SJ, pakar pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengusulkan, sebaiknya pelajaran budi pekerti dikelola oleh guru yang mempunyai kompetensi, sehingga dalam kadar tertentu hasilnya dapat menyentuh ke aspek psikososial dan penalaran moral.

Pendidikan sebagai Proses Pembudayaan 2

1. Visi Pendidikan Nasional
VISI pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Untuk menggapai tercapainya visi ini, ditetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan.

Salah satu prinsip yang ditetapkan adalah pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Implikasi dari prinsip pendidikan sebagai proses pembudayaan terjadi pergeseran paradigma dari pengajaran menjadi pembelajaran, yaitu interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Agar mencapai hasil yang optimal proses pembelajaran harus direncanakan, dilaksanakan secara fleksibel, bervariasi, interaktif, inspiratif, menarik, dan menantang siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa untuk berkreasi dan berimprovisasi dalam proses pembelajaran. Dari dasar inilah maka lahir Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Standar proses meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses yang efektif dan efisien. Dalam proses perencanaan guru dituntut membuat silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sedang untuk pelaksanaan ditentukan tentang persyaratan pelaksanaan proses, pelaksanaan pembelajaran dan diukur melalui penilaian. Rangkaian proses akan berjalan dengan baik bila dilengkapi pengawasan yang terwujud dalam pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut. Melalui sederet aktivitas ini diharapkan proses pembelajaran akan efektif, efisien dan mampu menggapai visi pendidikan yang telah dicanangkan.
2. Pendidikan dan Kebudayaan
Proses belajar dapat terjadi di mana saja sepanjang hayat. Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar terjadi. Sekolah merupakan tempat kebudayaan, karena pada dasarnya proses belajar merupakan proses pembudayaan. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya, serta untuk mengembangkan budaya dalam suatu komunitas melalui pencapaian akademik siswa.
Budaya, menurut E.B. Taylor (1871) merupakan “a complex whole which includes knowledge, belief, art, law, morals, customs, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society”. Sementara itu, ada lagi definisi yang menyatakan bahwa budaya adalah pola utuh perilaku manusia dan produk yang dihasilkannya yang membawa pola pikir, pola lisan, pola aksi, dan artifak, dan sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk belajar, untuk menyampaikan pengetahuannya kepada generasi berikutnya melalui beragam alat, bahasa, dan pola nalar. Kedua definisi tersebut menyatakan bahwa budaya merupakan suatu kesatuan utuh yang menyeluruh, bahwa budaya memiliki beragam aspek dan perwujudan, serta budaya dipahami melalui suatu proses belajar.
Dengan demikian, belajar budaya merupakan proses belajar satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan dan atau berlaku dalam suatu komunitas. Mata pelajaran yang disuguhkan dalam kurikulum dan diajarkan kepada siswa di sekolah, sebagai pola pikir ilmiah, merupakan salah satu perwujudan budaya, sebagai bagian dari budaya. Bahkan, seorang ahli menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mencerminkan pencapaian upaya manusia pada saat tertentu berbasiskan pada budaya saat itu.
Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk pewarisan tradisi budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya, dan adopsi tradisi budaya oleh orang yang belum mengetahui budaya tersebut sebelumnya. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi (enculturation), sedangkan adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi (aculturation). Kedua proses tersebut berujung pada pembentukan budaya dalam suatu komunitas.

3. Peran Pendidik Dalam Proses Pembudayaan
Sehebat apapun isi kurikulum, faktor guru tetap yang paling menentukan keberhasilan pendidikan. Menyimak tuntutan standar proses yang ideal, guru memang telah melangkah membuat perencanaan dalam bentuk silabus dan RPP. Mayoritas pembuatannya secara rombongan melalui ajang pertemuan guru tingkat kabupaten/kota atau tingkat musyawarah guru mata pelajaran tingkat sekolah. Mengingat pembuatannya secara bersama-sama, maka guru ada yang aktif dan pasif sama sekali. Guru pasif ini yang terpenting mendapat hasil tentang rencana pendidikan. Meskipun tidak mudheng, yang terpenting mereka memiliki.
Dari gambaran ini tampak jelas bahwa secara kasat mata mayoritas guru memiliki perencanaan pembelajaran. Namun apakah guru yang bersangkutan paham atau tidak, sampai saat ini belum ada penelitian yang melaksanakan. Padahal perencanaan proses akan terkait erat dengan pelaksanaan penilaian.
Pelaksanaan proses menyangkut tentang persyaratan proses di antaranya ketentuan tentang jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar. Secara ideal rombongan belajar jenjang SD/MI 28 peserta didik, SMP 32 peserta didik, SMA/SMK/MA juga 32 peseta didik. Standar ini mayoritas tidak digubris oleh pelaksana tingkat satuan pendidikan. Dengan dalih kecilnya jumlah sumbangan baik SD, SMP dan SMA, mayoritas sekolah belum taat ketentuan ini. Banyak ditemukan rombongan belajar SD 50 siswa, SMP, SMA mencapai 38 atau bahkan ada yang 40 siswa.
Fakta ini menggambarkan bahwa standar proses pendidikan selama ini belum memenuhi syarat yang ditentukan. Kondisi ini diperparah lagi dengan ketentuan kerja minimal guru, buku teks pelajaran dan pengelolaan kelas. Belum banyak rasio buku teks untuk peserta didik 1: 1 per mata pelajaran. Bahkan sarana buku di perpustakaan masih sangat jauh dari cukup dengan kebutuhan siswa. Menyangkut tentang penilaian hasil pembelajaran belum banyak penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dengan menggunakan tes dan nontes, pengamatan kinerja, pengukuran sikap dsb.
Potret buram ini banyak melanda dalam praktik pendidikan selama ini. Bila hal ini tidak mendapat solusi yang bijak, tampaknya proses pendidikan tidak akan maksimal dan terkesan hanya asal jalan dan apa adanya. Anehnya lagi keberhasilan proses hanya semata-mata diukur berdasar keberhasilan ujian nasional saja. Akibatnya banyak dijumpai siswa lebih percaya pada bimbingan belajar dan meremehkan guru di kelasnya.
Selama ini pengawasan proses pembelajaran juga belum berjalan secara optimal. Peran pengawasan baik melalui pemantauan, suervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut baik oleh kepala sekolah maupun pejabat pengawas belum maksimal. Banyak kepala sekolah yang sibuk dengan dirinya sendiri sehingga tidak ada waktu untuk supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Akibatnya guru hanya berjalan seadanya tanpa motivasi yang berarti. Peran pejabat pengawas juga belum optimal, selama ini terkesan jabatan ini hanya menara gading di kantor dan kurang memberi pantauan.
Proses pendidikan memerlukan sinergitas kompak antara guru, siswa, kepala sekolah, sarana pembelajaran dan suasana kondusif lingkungan pendidikan. Selama komponen ini tidak dimaksimalkan proses pendidikan satuan pendidikan tidak akan mencapai sasaran yang diidam-idamkan. Peran kepala sekolah sangat strategis dalam menggerakkan lokomotif satuan pendidikan. Bila sang masinis pengendali loko sibuk sendiri dan kurang memberi servis, pengawasan dan sentuhan kasih sayang pada kru kereta tampaknya laju kereta akan lambat.
Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku, atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua, atau orang yang dianggap senior terhadap anak-anak, atau terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut. Misalnya, seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Pendidikan merupakan proses pembudayaan, dan pendidikan juga dipandang sebagai alat untuk perubahan budaya. Proses pembelajaran di sekolah merupakan proses pembudayaan yang formal atau proses akulturasi. Proses akulturasi bukan semata-mata transmisi budaya dan adopsi budaya, tetapi juga perubahan budaya. Sebagaimana diketahui, pendidikan menyebabkan terjadinya beragam perubahan dalam bidang sosial budaya, ekonomi, politik, dan agama. Namun, pada saat bersamaan, pendidikan juga merupakan alat untuk konservasi budaya, transmisi, adopsi, dan pelestarian budaya.

Pendidikan sebagai proses Pembudayaan1

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan. Oleh karena itu, dalam pendidikan harus mengedepankan aspek nilai-nilai positif, seperti kejujuran. Sebab, diyakini budaya yang tampil kini adalah hasil proses pendidikan bertahun-tahun yang lalu.

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pendidikan adalah sebuah proses pembudayaan. Oleh karena itu, dalam pendidikan harus mengedepankan aspek nilai-nilai positif, seperti kejujuran. Sebab, diyakini budaya yang tampil kini adalah hasil proses pendidikan bertahun-tahun yang lalu.
Untuk urun rembuk mencari format pendidikan berkebudayaan yang konstruktif, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila bekerja sama dengan Lampung Post menggelar Diskusi Pendidikan di Unila, Jumat (28-4).
Dekan FKIP Dr. Sudjarwo memandu acara yang dihadiri Prof. Bambang Sumitro, beberapa redaktur Lampung Post, dan beberapa dosen.
Mengambil tema Kesenian dan Pendidikan, diskusi membahas rendahnya kualitas hasil pendidikan. Salah satu simpulannya, buruknya kualitas pendidikan karena keringnya sentuhan seni dalam menjalankan proses pendidikan.
Dr. Sudjarwo berpendapat budaya sebagai hasil daya cipta manusia sangat dipengaruhi pendidikan. Dan pendidikan adalah upaya manusia secara sadar untuk mencapai kemandirian.
"Artinya, indikator belum berhasilnya pendidikan adalah banyaknya manusia Indonesia yang belum bisa mandiri," kata dia.
Sudjarwo juga melihat ada penyempitan makna pendidikan menjadi pembelajaran yang diartikan hanya sebagai transfer ilmu.
"Penyempitan itu bisa kita lihat dari perilaku guru yang hanya sekadar memenuhi tugas rutinnya. Yakni, mengajar," kata dia.
Sementara itu, Bambang Sumitro melihat ada tarik-menarik kepentingan untuk memengaruhi dunia pendidikan sebagai sebuah proses pembudayaan. Pertarungan ini menjadikan manusia Indonesia menemui kondisi anomi.
"Budaya lama yang adiluhung telanjur dilepas, sementara budaya ideal yang akan dicapai belum berada dalam genggaman" katanya.
Kepala Litbang Lampung Post Heri Wardoyo meneguhkan pernyataan Bambang. Menurut dia, budaya Indonesia kini sedang berhadap-hadapan dengan jurang kebangkrutan. Budaya instan yang terus menelusup ke ruang-ruang privasi membuat kebuntuan budaya berpikir.
"Kita ambil contoh budaya baca yang belum tertanam, sudah digempur budaya televisi (audio visual) yang amat menjajah anak-anak kita. Ini harus kita tolong," katanya.
Peserta diskusi yang sebagian besar dosen pendidikan sangat aktif menimpali berbagai isu yang dilontarkan. Dalam konteks pendidikan, mereka sepakat unsur seni mendidik harus menjadi perhatian institusi pencetak guru.
"Seni identik dengan pemberontakan, baik dalam konotasi positif maupun negatif. Dan pemberontakan adalah kreativitas. Oleh karena itu, jiwa guru harus dibangunkan menggali kreativitas dengan seni mengajar. Sebab, saya melihat kini guru mengajar hanya membatalkan kewajiban jam kerja," kata salah seorang peserta.
Ke depan, seorang calon guru harus mendapat pembekalan bagaimana menempatkan diri di tengah anak didiknya sebagai sosok yang kreatif dan menyenangkan. Di sinilah peran seni mendidik dan mendidik berkesenian harus diperbesar porsinya. n SDM/S-2



22 Mei 2009

HUMOR DALAM KHUTBAH

Pernahkah Tuhan tersenyum, atau melucu? Dalam kitab suci tak saya temukan dua hal itu. Begitu juga dalam hadis nabi. Pemahaman tekstual saya atas agama terbatas. Pengajian saya masih randah, kata orang Minang. Tapi kalau soalnya cuma "adakah khatib yang melucu, atau marah," saya punya data.

Di tahun 1978, seorang khatib melucu di masjid UI Rawamangun. Akibatnya, jemaah yang tadinya sudah liyep-liyep jadi melek penuh. Mereka menyimak pesan Jumat, sambil senyum. Tapi khatib ini tak cuma menghasilkan senyum itu. Ia diganyang oleh khatib yang naik mimbar Jumat berikutnya.

"Agama bukan barang lucu," semburnya. "Dan tak perlu dibikin lelucon. Mimbar Jumat bukan arena humor. Karena itu, sengaja melucu dalam khotbah dilarang ..."

Vonis jatuh. Marah khatib kita ini. Dan saya mencatat "tambahan" larangan satu lagi. Sebelum itu demonstrasi mahasiswa sudah dilarang "yang berwajib". Senat dan Dewan dibekukan. Milik mahasiswa yang tinggal satu itu, "melucu buat mengejek diri sendiri", akhirnya dilarang juga.

Kita memang perlu norma. Tapi juga perlu kelonggaran. Maka, saya khawatir kalau menguap di masjid bakal dilarang. Siapa tahu, di rumah Allah hal itu tak sopan. Buat jemaah yang suka menguap macam saya, karena jarang setuju dengan isi khotbah, belum adanya larangan itu melegakan.

Saya dengar Komar dikritik banyak pihak. Soalnya, dalam ceramah agamanya ia melucu. Tapi Komar punya alasan sahih. Ia, konon, sering mengamati sekitar. Di kampungnya, banyak anak muda tak tertarik pada ceramah agama.

"Mengapa?" tanya Pak Haji Komar.

"Karena isinya cuma sejumlah ancaman neraka."

Wah ... Itu sebabnya ia, yang memang pelawak, memberi warna humor dalam ceramahnya. Dan remaja pun pada hadir.

Saya suka sufisme. Di sana Tuhan dilukiskan serba ramah. Dan bukannya marah melulu macam gambaran kita. A'u dibaca angu, tidak bisa. Dzubi jadi dubi, tidak boleh. Khotbah lucu, jangan. Lho? Bukankah alam ini pun "khotbah" Tuhan? Langit selebar itu tanpa tiang, bulan bergayut tanpa cantelan dan aman, apa bukan "khotbah" maha jenaka? Apa salahnya humor dalam agama?

Di tahun 1960-an, Marhaen ingin hidup mati di belakang Bung Karno. Dalam humor, saya cukup di belakang Bung Komar. Artinya, bagi saya, humor agama bikin sehat iman. Dus, tidak haram jadah.

Di Universitas Monash saya temukan stiker: "Jangan bawa organmu ke surga. Orang surga sudah tahu kita lebih memerlukannya di sini". Imbauan ini bukan dari Gereja, melainkan dari koperasi kredit. Intinya: kita diajak berkoperasi. Dengan itu kita santuni kaum duafa, kaum lemah.

Ini pun "khotbah" lucu. Dalam kisah sufi ada disebut cerita seorang gaek penyembah patung. Ia menyembah tanpa pamrih. Tapi di usia ke-70 ia punya kebutuhan penting. Doa pun diajukan. Sayang, patung itu cuma diam. Kakek kecewa. Ia minta pada Allah. Dan ajaib: dikabulkan.

Bukan urusan dia bila masalah kemudian timbul, sebab Allah-lah, bukan dia, yang diprotes oleh para malaikat.

"Mengapa ya, Allah, Kaukabulkan doa si kakek? Lupakah Kau ia penyembah patung? Bukankah ia kafir yang nyata?"

Allah senyum. "Betul," jawabnya, "Tapi kalau bukan Aku, siapa akan mengabulkan doanya? Kalau Aku pun diam, lalu apa bedanya Aku dengan patung?"

semoga humor kaum sufi ini tak dilarang ( diharamkan ).

{ di copy paste dari http://www.gusmus.net }

17 Mei 2009

tafsir jalalain YAASIIN Surat Ke-36 : 83 Ayat


1. (Yaa siin) hanya Allahlah yang mengetahui maksudnya.

2. (Demi Alquran yang penuh hikmah) yang padat dengan hikmah-hikmah, susunan kata-katanya amat mengagumkan dan makna-maknanya sangat indah lagi memukau.

3. (Sesungguhnya kamu) hai Muhammad (salah seorang dari rasul-rasul.)

4. (Yang berada di atas) berta'alluq kepada ayat sebelumnya (jalan yang lurus) jalannya para nabi sebelum kamu, yaitu jalan tauhid dan hidayah. Ungkapan yang memakai kata pengukuh sumpah dan pengukuh lainnya, dimaksud sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, yaitu sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd 43.)

5. (Sebagai wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Penyayang) kepada makhluk-Nya. Khabar dari Mubtada diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Alquran. Maksudnya, Alquran ini sebagai wahyu yang diturunkan.

6. (Agar kamu memberi peringatan) dengan Alquran itu (kepada kaum) lafal Litundzira berta'alluq kepada lafal Tanziilun (yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan) mereka belum pernah diberi peringatan karena hidup di zaman fatrah atau zaman kekosongan nabi dan rasul (karena itu mereka) yakni kaum itu (dalam keadaan lalai) lalai dari iman dan petunjuk.

7. (Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan) yakni ketentuan Allah telah pasti (terhadap kebanyakan mereka) yakni azab-Nya telah pasti atas mereka (karena mereka tidak beriman) kebanyakan dari mereka tidak beriman.

8. (Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka) tangan mereka disatukan dengan leher mereka dalam satu belenggu, karena pengertian lafal Al-Ghillu ialah mengikatkan kedua tangan ke leher (lalu tangan mereka) yaitu tangan-tangan mereka diangkat dan disatukan (ke dagu) mereka, lafal Adzqaan bentuk jamak dari lafal Dzaqanun yaitu tempat tumbuh janggut (maka karena itu mereka tertengadah) kepala mereka terangkat dan tidak dapat ditundukkan. Ini merupakan tamtsil, yang dimaksud ialah mereka tidak mau taat untuk beriman, dan mereka sama sekali tidak mau menundukkan kepalanya dalam arti kata tidak mau beriman.

9. (Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding) lafal Saddan dalam dua tempat tadi boleh dibaca Suddan (dan Kami tutup -mata- mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.) Ini merupakan tamtsil yang menggambarkan tertutupnya jalan iman bagi mereka.

010. (Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka) dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil (ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.)

11. (Sesungguhnya Kamu hanya dapat memperingati) yakni akan dapat mengambil manfaat dari peringatanmu (orang yang mau mengikuti peringatan) petunjuk Alquran (dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun Dia tidak melihat-Nya) yakni ia tetap takut kepada-Nya sekalipun ia tidak melihat-Nya. (Maka berilah ia kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia) yaitu mendapat surga.

12. (Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati) yakni menghidupkannya kembali (dan Kami menuliskan) di Lohmahfuz (apa yang telah mereka kerjakan) selama hidup di dunia berupa kebaikan dan keburukan, lalu Kami membalasnya kepada mereka (dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan) hal-hal yang dijadikan panutan dari perbuatan mereka sesudah mereka tiada (serta segala sesuatu) dinashabkannya lafal Kulla oleh pengaruh Fiil atau kata kerja yang menjelaskannya, yaitu kalimat berikutnya (Kami catat) Kami kumpulkan satu persatu secara mendetail (di dalam kitab induk yang nyata) yaitu di Lohmahfuz.

13. (Dan buatlah) adakanlah (buat mereka suatu perumpamaan) lafal Matsalan adalah Maf'ul Awal (yaitu penduduk) lafal Ashhaaba ini menjadi Maf'ul yang kedua (suatu negeri) yaitu kota Inthakiah (ketika datang kepada mereka) lafal ayat ini sampai akhir ayat berkedudukan menjadi Badal Isytimal dari lafal Ashhaabal Qaryah (utusan-utusan) utusan-utusan Nabi Isa.

14. (Yaitu ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya) ayat ini seluruhnya berkedudukan sebagai Badal dari lafal Idz yang pertama (kemudian Kami kuatkan) kedua utusan itu; lafal ayat ini dapat dibaca Takhfif sehingga bunyinya menjadi Fa'azaznaa dapat pula dibaca Tasydid, sehingga bunyinya menjadi Fa'azzaznaa (dengan -utusan- yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian.")

15. (Mereka menjawab, "Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun. Tidak lain) (kalian hanyalah pendusta belaka.")

016. (Mereka berkata, "Rabb kami mengetahui) kalimat ayat ini mengandung makna qasam, kemudian pengukuhannya ditambah dengan adanya huruf Lam pada lafal Lamursaluuna, sebagai sanggahan terhadap perkataan mereka (bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian.)

17. (Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan -perintah Allah- dengan jelas") menyampaikan yang jelas dan gamblang melalui mukjizat-mukjizat yang terang, yaitu dapat menyembuhkan orang buta, yang berpenyakit supak, dan dapat menghidupkan orang mati.

018. (Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang) mengalami kesialan (karena kalian) kami mengalami kekeringan dan tidak pernah turun hujan sebab ada kalian (sesungguhnya jika) huruf Lam di sini bermakna qasam (kalian tidak berhenti -menyeru kami-, niscaya kami akan merajam kalian) dengan batu-batu (dan kalian pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami.") siksa yang menyakitkan.

19. (Utusan-utusan itu berkata, "Kemalangan kalian) yakni kesialan kalian itu (adalah karena kalian sendiri") disebabkan ulah kalian sendiri karena kafir. (Apakah jika) Hamzah Istifham digabungkan dengan In Syarthiyah, keduanya dapat dibaca Tahqiq, dan dapat pula dibaca Tas-hil (kalian diberi peringatan) yakni diberi nasihat dan peringatan; jawab Syarath tidak disebutkan. Lengkapnya ialah apakah jika kalian diberi peringatan lalu kalian bernasib sial karenanya lalu kalian kafir? Pengertian terakhir inilah objek daripada Istifham atau kata tanya. Makna yang dimaksud adalah sebagai cemoohan terhadap mereka. (Sebenarnya kalian adalah kaum yang melampaui batas) karena kemusyrikan kalian.

20. (Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki) Habib An Najjar atau Habib si tukang kayu; dia telah beriman kepada utusan-utusan Nabi Isa, dan tempat tinggalnya berada di ujung kota Inthakiyah (dengan bergegas-gegas) lari dengan cepat, tatkala ia mendengar berita bahwa kaumnya mendustakan utusan-utusan itu (ia berkata, "Hai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu.)

21. (Ikutilah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal yang sama pada ayat sebelumnya (orang yang tiada minta balasan kepada kalian) atas misi risalah yang disampaikannya itu (dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk) lalu dikatakan kepadanya, "Kamu seagama dengan mereka."

22. Lalu laki-laki itu berkata, ("Mengapa aku tidak menyembah -Tuhan- yang telah menciptakan aku) yang telah menjadikan aku. Maksudnya, tidak ada yang mencegahku untuk menyembah-Nya, karena ada bukti-buktinya yang jelas, seharusnya kalian menyembah Dia (dan hanya kepada-Nya kalian semua akan dikembalikan?) sesudah mati, kemudian Dia akan membalas kekafiran kalian itu.

23. (Mengapa aku akan menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti kalimat negatif; dan lafal ayat ini sama dengan lafal A-andzartahum tadi, yaitu dapat dibaca Tahqiq dan Tashil (selain Allah) yakni selain-Nya (sebagai tuhan-tuhan -yang disembah-) maksudnya berhala-berhala (jika Allah Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku) seperti yang kalian dugakan itu (dan mereka tidak -pula- dapat menyelamatkanku) lafal ayat ini menjadi sifat bagi lafal Aalihatan.

24. (Sesungguhnya aku kalau begitu) seandainya aku menyembah selain Allah (berada dalam kesesatan yang nyata) benar-benar sesat.

25. (Sesungguhnya aku telah beriman kepada Rabb kalian, maka dengarkanlah pengakuan keimananku.") dengarkanlah perkataanku ini. Lalu mereka merajamnya hingga mati.

26. (Dikatakan) kepadanya sesudah ia mati, ("Masuklah ke surga") menurut suatu pendapat dikatakan, bahwa Habib An Najjar itu masuk ke dalam surga dalam keadaan hidup. (Ia berkata, "Aduhai!) huruf Ya di sini menunjukkan makna tanbih atau penyesalan (sekiranya kaumku mengetahui.)

27. (Apa yang menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku) yakni penyebab Allah memberikan ampunan kepadanya (dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.")

28. (Dan tiadalah) Maa bermakna Nafi (Kami turunkan kepada kaumnya) kaum Habib An Najjar (setelah dia meninggal) sesudah Habib mati karena dirajam oleh mereka (suatu pasukan pun dari langit) yaitu malaikat-malaikat untuk membinasakan mereka (dan tidak layak Kami menurunkannya) menurunkan Malaikat untuk membinasakan seseorang.

29. (Tidak ada siksaan) yakni hukuman atas mereka (melainkan satu teriakan saja) malaikat Jibril berteriak keras kepada mereka (maka tiba-tiba mereka semuanya mati) tak bergerak lagi, mati semuanya.

30. (Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu) terhadap mereka dan orang-orang yang seperti mereka, yaitu orang-orang yang mendustakan rasul-rasul, karena akhirnya mereka dibinasakan. Yang dimaksud dengan penyesalan di sini adalah perasaan sakit yang amat sangat akibat suara malaikat Jibril. Kata Nida atau kata seru pada lafal Yaa hasratan hanyalah merupakan kata kiasan, maknanya sudah saatnya bagimu, maka menghadaplah kamu (tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya) ungkapan-ungkapan ini untuk menjelaskan penyebab dari penyesalan tadi. Di dalamnya terkandung pengertian ejekan mereka yang menyebabkan diri mereka binasa, setelah itu mereka menyesal karenanya.

31. (Tidakkah mereka mengetahui) yakni penduduk Mekah yang mengatakan kepada Nabi saw. sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Kamu bukan seorang yang dijadikan rasul." (Q.S. Ar-Ra'd, 43.) Istifham atau kata tanya pada ayat ini mengandung makna Taqrir yakni ketahuilah oleh kalian (berapa banyak) lafal Kam mengandung makna kalimat berita, yakni banyak sekali; maknanya, sesungguhnya Kami (telah Kami binasakan sebelum mereka) amatlah banyak (umat-umat) bangsa-bangsa. (Bahwasanya mereka itu) orang-orang yang telah Kami binasakan (kepada mereka) yaitu orang-orang yang mendustakan Nabi saw. (tiada kembali) apakah mereka tidak mengambil pelajaran darinya. Lafal Annahum dan seterusnya berkedudukan menjadi Badal dari kalimat sebelumnya, dengan memelihara makna yang telah disebutkan.

32. (Dan tiadalah) bila dianggap sebagai In Nafiyah. Sesungguhnya, bila dianggap sebagai In Mukhaffafah dari Inna (masing-masing) dari semua makhluk, Kullun berkedudukan menjadi Mubtada (melainkan) apabila dibaca Tasydid artinya sama dengan lafal illa. Jika dibaca Takhfif yaitu menjadi Lamaa, maka huruf Lamnya adalah Lam Fariqah dan huruf Ma-nya adalah Zaidah (dikumpulkan) menjadi Khabar dari Mubtada, yakni dihimpunkan (kepada Kami kembali) untuk menjalani penghisaban; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua

33. (Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan bahwa mereka akan dibangkitkan kembali, lafal ayat ini berkedudukan menjadi Khabar Muqaddam (adalah bumi yang mati) dapat dibaca Al Maytati atau Al Mayyitati (Kami hidupkan bumi itu) dengan air, menjadi Mubtada Muakhkhar (dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian) seperti gandum (maka daripadanya mereka makan.)

34. (Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun) ladang-ladang (kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air) dari sebagian kebun-kebun itu.

35. (Supaya mereka dapat makan dari buahnya) dapat dibaca Tsamarihi atau Tsumurihi, yakni buah pohon yang telah disebutkan tadi, yaitu buah kurma dan buah-buah lainnya (dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka) bukan dari hasil buah-buahan. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) atas nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka.

36. (Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan) yang berjenis-jenis (semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi) berupa biji-bijian dan lain-lainnya (dan dari diri mereka) yaitu jenis pria dan wanita (maupun dari apa yang tidak mereka ketahui) yaitu makhluk-makhluk yang ajaib dan aneh.

37. (Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan kekuasaan Allah yang besar (adalah malam; Kami tanggalkan) Kami pisahkan (siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan) mereka memasuki kegelapan malam hari.

38. (Dan matahari berjalan) ayat ini dan seterusnya merupakan bagian daripada ayat Wa-aayatul Lahum, atau merupakan ayat yang menyendiri, yakni tidak terikat oleh ayat sebelumnya demikian pula ayat Wal Qamara, pada ayat selanjutnya (di tempat peredarannya) tidak akan menyimpang dari garis edarnya. (Demikianlah) beredarnya matahari itu (ketetapan Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) tentang makhluk-Nya.

39. (Dan bagi bulan) dapat dibaca Wal Qamaru atau Wal Qamara, bila dibaca nashab yaitu Wal Qamara berarti dinashabkan oleh Fiil sesudahnya yang berfungsi menafsirkannya yaitu (telah Kami tetapkan) bagi peredarannya (manzilah-manzilah) sebanyak dua puluh delapan manzilah selama dua puluh delapan malam untuk setiap bulannya. Kemudian bersembunyi selama dua malam, jika bilangan satu bulan tiga puluh hari, dan satu malam jika bilangan satu bulan dua puluh sembilan hari (sehingga kembalilah ia) setelah sampai ke manzilah yang terakhir, menurut pandangan mata (sebagai bentuk tandan yang tua) bila sudah lanjut masanya bagaikan ketandan, lalu menipis, berbentuk sabit dan berwarna kuning.

0. (Tidaklah mungkin bagi matahari) tidak akan terjadi (mendapatkan bulan) yaitu matahari dan bulan bersatu di malam hari (dan malam pun tidak dapat mendahului siang) malam hari tidak akan datang sebelum habis waktu siang hari. (Dan masing-masing) matahari, bulan dan bintang-bintang. Tanwin lafal Kullun ini merupakan pergantian dari Mudhaf Ilaih (pada garis edarnya) yang membundar (beredar) pada garis edarnya masing-masing. Di dalam ungkapan ini benda-benda langit diserupakan sebagai makhluk yang berakal, karenanya mereka diungkapkan dengan lafal Yasbahuuna.

41. (Dan suatu tanda bagi mereka) yang menunjukkan kekuasaan Kami (adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka) menurut qiraat yang lain lafal Dzurriyyatahum dibaca dalam bentuk jamak sehingga bacaannya menjadi Dzurriyyaatihim, maksudnya ialah kakek moyang mereka (dalam bahtera) yakni perahu Nabi Nuh (yang penuh muatan) dipadati penumpang.

42. (Dan Kami ciptakan untuk mereka seperti bahtera itu) seperti perahu Nabi Nuh, perahu kecil dan besar yang dibuat oleh mereka sesudahnya, bentuknya sama dengan perahu Nabi Nuh. Ini berkat apa yang telah Allah swt. ajarkan kepada Nabi Nuh (yang akan mereka kendarai) mereka berlayar dengannya.

43. (Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka) sekalipun memakai perahu (maka tiadalah penolong) yakni penyelamat (bagi mereka dan tidak -pula- mereka diselamatkan) ditolong sehingga selamat.

044. (Tetapi -Kami selamatkan mereka- karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika) tiada yang menyelamatkan mereka melainkan rahmat Kami kepada mereka; dan karena Kami hendak memberikan kesenangan hidup kepada mereka sampai batas ajal mereka.

45. (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Takutlah kalian akan siksa yang di hadapan kalian) berupa azab di dunia sebagaimana apa yang telah menimpa orang-orang selain mereka (dan siksa yang akan datang) yaitu azab di akhirat (supaya kalian mendapat rahmat") tetapi mereka tetap berpaling.

46. (Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Rabb mereka melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.)

47. (Dan apabila dikatakan) berkata sahabat-sahabat yang miskin (kepada mereka, "Nafkahkanlah) sedekahkanlah kepada kami (sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepada kalian") berupa harta benda (maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman,) dengan nada yang sinis sebagai ejekan yang ditujukan kepada mereka, ("Apakah kami akan memberi makanan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan) sesuai dengan keyakinan kalian itu. (Tiada lain kalian) yaitu apa yang kalian katakan kepada kami, padahal kalian mempunyai keyakinan bahwa Allah pasti memberi makan kalian (melainkan dalam kesesatan yang nyata") yakni jelas sesatnya. Ditegaskannya lafal Al Ladziina Kafaruu mengandung arti yang mendalam.

48. (Dan mereka berkata, "Bilakah terjadinya janji ini?) yakni hari berbangkit (jika kalian orang-orang yang benar?") mengenai apa yang kalian katakan.

49. Allah berfirman, ("Mereka tidak menunggu) menanti-nanti (melainkan satu teriakan saja), yaitu tiupan malaikat Israfil yang pertama (yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar") lafal Yakhishshimuuna pada asalnya adalah Yakhtashimuuna, kemudian harakat Ta dipindahkan kepada Kha, lalu Ta diidgamkan kepada Shad. Maksudnya, mereka dalam keadaan lalai dari kedatangan hari kiamat, disebabkan mereka sibuk dalam pertengkaran mereka, jual beli yang mereka lakukan, makan, dan minum serta kesibukan-kesibukan lainnya. Menurut qiraat yang lain lafal Yakhishshimuuna mempunyai Wazan sama dengan lafal Yadhribuuna, artinya sebagian dari mereka bertengkar dengan sebagian yang lain.

50. (Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun) tidak dapat berwasiat (dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya) dari pasar dan dari tempat-tempat kesibukan mereka, semuanya mati di tempatnya masing-masing.

51. (Dan ditiuplah sangkakala) yaitu tiupan yang kedua untuk membangkitkan makhluk supaya hidup kembali; jarak antara dua tiupan, yakni tiupan pertama dengan tiupan kedua lamanya empat puluh tahun (maka tiba-tiba mereka) orang-orang yang telah terkubur itu (dari kuburnya) dari tempat mereka dikubur (Keluar dengan segera menuju kepada Rabb mereka) mereka keluar dengan cepat lalu menuju kepada-Nya.

52. (Mereka berkata) orang-orang kafir di antara manusia, ("Aduhai!) Ya di sini menunjukkan makna Tanbih (celakalah kami) binasalah kami lafal Wailun adalah Mashdar yang tidak mempunyai Fi'il dari lafalnya. (Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami -kubur-?") karena mereka seolah-olah dalam keadaan tidur di antara kedua tiupan itu, maksudnya mereka tidak diazab. (Inilah) kebangkitan ini (yang) telah (dijanjikan yang Maha Pemurah dan benarlah) mengenainya (Rasul-rasul-Nya) mereka mengakui atas kebenaran yang telah dikatakan oleh para rasul, tetapi pengakuan mereka tidak bermanfaat lagi. Menurut pendapat yang lain, bahwa kalimat tersebut dikatakan kepada mereka.

53. (Tiadalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, tiba-tiba mereka semua kepada Kami) di hadapan Kami (dikumpulkan.)

54. (Pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kalian tidak dibalasi, kecuali) dengan balasan (apa yang telah kalian kerjakan.)

55. (Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu dalam kesibukan) mereka tidak menghiraukan lagi apa yang dialami oleh ahli neraka, karena mereka sibuk dengan kenikmatan-kenikmatan yang sedang mereka rasakan, seperti memecahkan selaput dara bidadari-bidadari; mereka tidak mempunyai kesibukan yang membuat mereka lelah atau payah, karena di dalam surga tidak ada kelelahan. Lafal Syughulin dapat pula dibaca Syughlin (bersenang-senang) yakni bergelimangan di dalam kenikmatan. Lafal Faakihuuna menjadi Khabar kedua dari Inna, sedangkan Khabar yang pertama adalah Fii Syughulin.

56. (Mereka) lafal Hum menjadi Mubtada (dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh) lafal Zhilaalun ini adalah bentuk jamak dari lafal Zhillun atau Zhillatun; menjadi Khabar Mubtada; arti Zhillun adalah tidak terkena panas matahari maksudnya teduh. (Di atas dipan-dipan) lafal Araa-iki adalah bentuk jamak dari lafal Ariikah, adalah ranjang atau permadani yang tebal (mereka bersandaran) bertelekan di atas dipan-dipan; lafal ayat ini menjadi Khabar kedua dan menjadi tempat berta'alluqnya Alal Araaa-iki.

57. (Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan mereka memperoleh pula) di dalamnya (apa yang mereka minta) apa yang mereka dambakan.

58. (Kepada mereka dikatakan, "Salaam") kedudukan kalimat ini menjadi Mubtada (sebagai ucapan selamat) yang menjadi Khabarnya ialah (dari Rabb Yang Maha Penyayang) kepada mereka, yakni Dia mengucapkan kepada mereka, "Kesejahteraan atas kalian."

59. (Dan) Dia berfirman pula, ("Berpisahlah kalian dan orang-orang mukmin pada hari ini hai orang-orang yang berbuat jahat) mereka diperintahkan supaya berpisah di kala mereka bercampur dengan orang-orang mukmin.

60. (Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian hai Bani Adam) melalui lisan Rasul-rasul-Ku (supaya kalian tidak menyembah setan) jangan menaatinya. (Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian") yakni jelas permusuhannya.

61. (Dan hendaklah kalian menyembah-Ku) yakni esakanlah Aku dan taatilah Aku. (Inilah jalan) maksudnya tuntunan (yang lurus.)

62. (Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar di antara kalian) lafal Jibillan adalah bentuk jamak dari Jabiilun seperti wazan Qadiimun, artinya makhluk. Menurut qiraat yang lain dibaca Jibullan dengan harakat Dhammah pada huruf Ba. (Maka apakah kalian tidak memikirkan?) tentang permusuhan setan dan penyesatannya; atau azab yang bakal menimpa mereka, yang karenanya mereka lalu mau beriman. Dikatakan kepada mereka di akhirat nanti:

63. (Inilah Jahanam yang kalian dahulu diancam) dengannya.

64. (Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kalian dahulu mengingkarinya.)

65. (Pada hari ini Kami tutup mulut mereka) mulut orang-orang kafir, karena mereka mengatakan, yaitu sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya, "Demi Allah, Rabb kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah." (Q.S. 6 Al An'am, 23) (Dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian) juga anggota-anggota mereka lainnya (terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan) setiap anggota tubuh mengucapkan apa yang telah diperbuatnya.

66. (Dan jika Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mereka) Kami jadikan penglihatan mereka buta sama sekali (lalu mereka berlomba-lomba) bersegera (-mencari- jalan) untuk pergi sebagaimana kebiasaan mereka. (Maka betapakah) bagaimanakah (mereka dapat melihat) jalan itu, jika mereka dalam keadaan buta? Yakni mereka pasti tidak akan dapat melihat jalan itu.

67. (Dan jika Kami menghendaki pastilah Kami ubah mereka) diubah menjadi kera, babi atau batu (di tempat mereka berada) menurut qiraat yang lain lafal Makanatihim dibaca dalam bentuk jamak, yaitu Makaanaatihim, yaitu di tempat-tempat mereka (maka mereka tidak sanggup berjalan dan tidak pula sanggup kembali) yakni mereka tidak dapat pergi dan tidak dapat pulang kembali.

68. (Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya) yaitu diperpanjang ajalnya (niscaya dia Kami kembalikan) menurut qiraat yang lain tidak dibaca Nunakkis-hu melainkan Nunkis-hu yang berasal dari Mashdar At-Tankiis, yakni mengembalikannya (kepada kejadiannya) sehingga setelah ia kuat dan muda lalu menjadi tua dan lemah kembali. (Maka apakah mereka tidak memikirkan?) bahwasanya Dzat Yang Maha Kuasa memperbuat demikian, berkuasa pula untuk membangkitkan hidup kembali, oleh karenanya mereka lalu mau beriman kepada-Nya. Menurut qiraat yang lain lafal Ya'qiluuna dibaca Ta'qiluuna dengan memakai huruf Ta.

69. (Dan Kami tidak mengajarkan kepadanya) yakni kepada Nabi saw. (tentang syair) ayat ini diturunkan sebagai sanggahan terhadap perkataan orang-orang kafir, karena mereka telah mengatakan, bahwa sesungguhnya Alquran yang didatangkan olehnya adalah syair (dan bersyair itu tidak layak) tidak mudah (baginya.) (Alquran itu tiada lain) apa yang diturunkan kepadanya, tiada lain (hanyalah pelajaran) nasihat (dan Kitab yang memberi penerangan) yang menjelaskan tentang hukum-hukum dan lain-lainnya.

70. (Supaya dia memberi peringatan) dengan Alquran itu; lafal Liyundzira dapat pula dibaca Litundzira artinya supaya kamu memberi peringatan dengan Alquran itu (kepada orang-orang yang hidup) hatinya, maksudnya tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka; mereka adalah orang-orang mukmin (dan supaya pastilah ketetapan) azab (terhadap orang-orang kafir) mereka diserupakan orang mati, karena mereka tidak tanggap terhadap apa-apa yang dinasihatkan kepada mereka.

71. (Dan apakah mereka tidak melihat) tidak memperhatikan, Istifham di sini mengandung makna Taqrir dan huruf Wau yang masuk kepadanya merupakan huruf 'Athaf (bahwa Kami telah menciptakan untuk mereka) ini ditujukan kepada segolongan manusia (dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami) dari hasil ciptaan Kami tanpa sekutu dan tanpa pembantu (yaitu berupa binatang ternak) unta, sapi, dan kambing lalu mereka menguasainya?) dapat memeliharanya.

72. (Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu) Kami jadikan mereka tunduk (untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka) menjadi kendaraan mereka (dan sebagiannya mereka makan.)

73. (Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat) yakni dari bulu unta, kambing, dan dombanya (dan minuman) dari air susunya, lafal Masyaarib adalah bentuk jamak dari lafal Masyrab yang bermakna Asy-Syurb atau minuman, makna yang dimaksud adalah tempat minum. (Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?) kepada Allah Yang telah melimpahkan nikmat-nikmat itu kepada mereka, lalu karenanya mereka mau beriman. Makna yang dimaksud ialah mereka tidak mensyukurinya.

74. (Mereka mengambil selain Allah) selain-Nya (sebagai sesembahan-sesembahan) berhala-berhala yang mereka sembah (agar mereka mendapat pertolongan) terhindar dari azab Allah, karena mendapat syafaat dari tuhan-tuhan sesembahan mereka itu, ini menurut dugaan mereka sendiri.

75. (Berhala-berhala itu tidak akan dapat) yakni sesembahan-sesembahan mereka itu tidak dapat menolong. Ungkapan kata berhala memakai jamak untuk orang yang berakal hanyalah sebagai kata kiasan saja, yakni mereka dianggap sebagai makhluk yang berakal (menolong mereka padahal berhala-berhala itu) sesembahan-sesembahan mereka itu (menjadi tentara mereka) menurut dugaan mereka, yaitu tentara yang siap menolong mereka (yang disiapkan) di dalam neraka bersama mereka.

76. (Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu) seperti ucapan, bahwa kamu bukanlah seseorang yang diutus oleh Allah dan ucapan-ucapan lainnya. (Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan) dari perkataan-perkataan semacam itu dan yang lainnya, kelak Kami akan membalasnya kepada mereka.

77. (Apakah manusia tidak memperhatikan) apakah ia tidak mengetahui, orang yang dimaksud adalah Ashi bin Wail (bahwa Kami menciptakannya dari setitik air) yakni air mani, hingga Kami jadikan ia besar dan kuat (maka tiba-tiba ia menjadi penentang) yakni sangat memusuhi Kami (yang nyata) jelas menentangnya, tidak mau percaya kepada adanya hari berbangkit.

78. (Dia membuat perumpamaan bagi Kami) mengenai hal tersebut (dan dia lupa kepada kejadiannya) berasal dari air mani, dan terlebih lagi ia lupa kepada hal-hal yang selain itu (ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?") hancur berantakan, di dalam ungkapan ini tidak dikatakan Ramiimatun, karena isim bukan sifat. Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa Ashi bin Wail mengambil sebuah tulang yang telah hancur, kemudian ia cerai-beraikan tulang itu di hadapan Nabi saw. seraya berkata, "Apakah kamu berpendapat, bahwa Allah nanti akan menghidupkan kembali tulang ini sesudah hancur luluh dan berantakan ini?" Maka Nabi saw. menjawab, "Ya, Dia akan memasukkanmu ke neraka."

79. (Katakanlah! "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia tentang segala makhluk) semua yang diciptakan-Nya (Maha Mengetahui) secara global dan rinci, baik sebelum mereka diciptakan maupun sesudahnya.

80. (Yaitu Tuhan yang menjadikan untuk kalian) yakni segolongan umat manusia (dari kayu yang hijau) yakni kayu pohon Marakh dan Affar atau semua jenis pohon selain pohon anggur (api, maka tiba-tiba kalian nyalakan -api- dari kayu itu.") kalian membuat api daripadanya. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah swt. yang mampu untuk menghidupkan kembali manusia yang mati. Karena sesungguhnya di dalam kayu yang hijau itu terhimpun antara air, api, dan kayu; maka air tidak dapat memadamkan api, dan pula api tidak dapat membakar kayu.

81. (Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu) padahal langit dan bumi itu sangat besar (berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu) yaitu manusia yang kecil bentuknya itu. (Benar) Dia berkuasa untuk menciptakannya, di sini Allah swt. menjawab diri-Nya sendiri. (Dan Dialah Maha Pencipta) banyak ciptaan-Nya (lagi Maha Mengetahui) segala sesuatu.

82. (Sesungguhnya perkara-Nya) keadaan-Nya (apabila Dia menghendaki sesuatu) yakni berkehendak menciptakan sesuatu (hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah," maka terjadilah ia) berujudlah sesuatu itu. Menurut qiraat yang lain lafal Fayakuunu dibaca Fayakuna karena diathafkan kepada lafal Yaquula.

83. (Maka Maha Suci Allah Yang dalam genggaman-Nya kekuasaan) lafal Malakuutu pada asalnya adalah Mulki kemudian ditambahkan huruf Wawu dan Ta untuk menunjukkan makna mubalaghah, artinya kekuasaan atas (segala sesuatu dan kepada-Nyalah kalian dikembalikan) kelak di akhirat.

IQ

IQ
Sepasang Kekasih

warior

seksi

GAMBAR APIK

GAMBAR APIK
Iklan Sosro

BREBES ISLAMIC CENTER

BREBES ISLAMIC CENTER
pintu masuk